Admiral dan Harapan Baru UIR Guna Mengukir Jalan Menuju Puncak
Cari Berita

Advertisement

Admiral dan Harapan Baru UIR Guna Mengukir Jalan Menuju Puncak

Rabu, 21 Mei 2025

Admiral dan Harapan Baru UIR Guna Mengukir Jalan Menuju Puncak


PEKANBARU, PARASRIAU.COM - Langit kampus Universitas Islam Riau (UIR) di Pekanbaru tampak biasa saja pada Jumat itu, 16 Mei 2025. Namun di dalam ruang sidang Senat, sebuah keputusan besar telah lahir keputusan yang akan menandai babak baru dalam sejarah panjang kampus kebanggaan masyarakat Riau. 


Setelah kepemimpinan masa Prof. Syafrinaldi yang sukses mengantarkan UIR menyandang predikat Unggul serta menorehkan prestasi-prestasi akademik mengherankan, kini tongkat estafet akan segera dipindahkan. 


Salah satu nama yang disebut sebagai calon kuat penerus adalah sosok yang telah lama berkecimpung di jantung kampus: Assoc. Prof. Laksamana, SH, MH


Saat ini, ia menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Kerja Sama, dan Dakwah Islamiyah. Sebelumnya, ia juga pernah memimpin Fakultas Hukum, menandakan jejak kepemimpinannya yang tidak singkat dan tidak sempit.


Namun, jalan menuju kursi rektor bukan tanpa persaingan. Dua nama lain yang tak kalah berpengalaman ikut serta dalam kontestasi akademik ini: Prof. Dr. H. Nurman, S.Sos., M.Si., dan Prof. Dr. Ir. Ujang Paman, M.Agr. Ketiganya akan bersaing dalam pemilihan yang dijadwalkan berlangsung pada awal Juni 2025.


Siapakah yang akan dipercaya menakhodai UIR ke depan? Satu hal yang pasti, estafet ini bukan hanya tentang jabatan, tapi tentang harapan dan arah baru bagi kampus yang terus bertumbuh.


Laksamana bukan hanya nama di atas kertas pemilihan rektor. Di balik gelar akademiknya yang lengkap dan formal, tersembunyi cerita tentang ketekunan, kedisiplinan, konsistensi, dan cinta terhadap dunia ilmu hukum.


Perjalanan intelektualnya dimulai dari tanah yang sama tempat ia kini berdiri membangun: Fakultas Hukum Universitas Islam Riau. Ia lulus sebagai pemuncak pada tahun 2004, sebuah prestasi yang menandai awal dari panjang kiprah. 


Tak menunggu lama, ia melanjutkan studi magister di kampus yang sama, kembali menjadi lulusan terbaik pada tahun 2007. Gelar doktor pun diraihnya satu dekade kemudian, dari Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Islam Bandung.


Tapi Admiral bukan sekadar ahli pencetak gelar. Sejak tahun 2005, ia telah menjadi pengajar di Fakultas Hukum UIR, membidangi Hukum Perdata dan Hukum Bisnis. Di ruang kelas, ia dikenal tegas namun membangun. Di luar kelas, ia mulai mengukir peran sebagai pemimpin.


Langkahnya di dunia struktural dimulai sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (2008–2016), lalu menjadi Wakil Dekan Bidang Akademik (2016–2017). Kepercayaan terus mengalir, ia memimpin fakultas sebagai dekan, dari tahun 2017-2020 dan tahun 2020 - 2021. Setelah itu hingga kini, ia dipercaya menjadi Wakil Rektor.


Jejaknya tidak hanya panjang, tapi juga teratur dan penuh dedikasi. Kini, ketika namanya disebut sebagai calon rektor, banyak yang tidak terkejut. 


Karena bagi mereka yang mengenalnya, Laksamana telah lama menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba melainkan hasil dari pijakan demi pijakan yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh.


Laksamana tak lahir dari pusat kota besar. Ia tumbuh di Bagansiapiapi, kota kecil di Rokan Hilir yang lebih dikenal karena sejarah perikanannya daripada percaturan akademiknya. Namun dari kota itulah ia membawa semangat besar untuk menjelajah, belajar dan memberi arti pada dunia.


Di kampus, ia bukan hanya seorang pengajar. Di balik aktivitas mengajarnya, Admiral dikenal sebagai sosok yang aktif dalam berbagai organisasi, baik di lingkungan internal maupun eksternal. Ia menjabat sebagai Ketua Bidang Hukum dan Advokasi pada Pengurus Besar Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI), sekaligus memimpin Pengprov FOPI Riau. 


Ia juga tergabung dalam Asosiasi Dosen Hukum Acara Perdata (ADHAPER) dan sejumlah organisasi lainnya yang mengindikasikan luasnya jejaring dan kiprah intelektualnya.


Rekam jejaknya bukan hanya lokal, tapi menembus batas negara. Ia menjadi bagian dari komunitas akademik global melalui berbagai program internasional. 


Pada tahun 2025, ia diundang sebagai Profesor Tamu dan Rekan di Universitas Delhi, India. Sebelumnya, ia telah berbagi ilmu di Fachhochschule Dortmund dan Universität der Bundeswehr München, Jerman. 


Bahkan, pada tahun 2023 - 2024, ia dipercaya menjadi Co-Supervisor dan Co-Examiner untuk tesis sarjana di Jerman sebuah bentuk pengakuan terhadap kualitas keilmuannya.


Prestasinya juga diakui di tanah air. Pada tahun 2019 berhasil meraih Peringkat I Dosen Berprestasi di bidang Sosial dan Humaniora dari LLDIKTI Wilayah X, meliputi Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau.


Laksamana adalah potret akademisi yang tidak hanya membangun dari dalam, tetapi juga menjejak keluar, membawa nama UIR dan Riau ke panggung yang lebih luas. Ia bukan hanya putra daerah, ia telah menjadi milik dunia pendidikan global.


Tak cukup hanya mengajar dan memimpin, Admiral juga rutin menyampaikan pesan di berbagai forum ilmiah. Ia kerap tampil sebagai pembicara seminar, pengisi Focus Group Discussion (FGD), hingga pemateri dalam Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) yang digelar Dewan Pimpinan Nasional Peradi bekerja sama dengan Fakultas Hukum UIR. Setiap forum dijadikan ruang untuk berbagi, menggugah, dan menyemai gagasan-gagasan hukum yang progresif dan kontekstual.


Komitmennya terhadap isu-isu aktual tampak dari keikutsertaannya dalam Training of Trainer (ToT) Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme, yang diadakan di Jakarta dan Bogor pada tahun 2024. Bagi Admiral, ilmuwan tak boleh hanya berdiam di menara gading. Ia harus hadir di tengah dinamika sosial, menjadi bagian dari solusi.


Sebagai dosen, ia produktif menulis. Fokus kajiannya mencakup kontrak elektronik dan e-commerce hingga isu perlindungan data pribadi—tema-tema kekinian yang menuntut kepekaan pada transformasi hukum di era digital.


Kini, dengan rekam jejak akademisi dan organisatoris yang telah ia tempuh, Laksamana melangkah ke medan yang lebih besar: pencalonan Rektor Universitas Islam Riau periode 2025–2029. 


Ia mengusung semangat berkeinginan, membawa visi yang selaras dengan cita-cita besar UIR 2041: menjadi universitas Islam kelas dunia yang berbasis pada iman dan takwa.


Apakah ia akan menjadi nahkoda berikutnya? Waktu dan pemilihan akan menjawab. Namun satu hal pasti: jejak yang ditinggalkannya tidak mudah diabaikan.***