Ratusan Mahasiswa UMRI Ikuti Pembekalan Softskill dan Peningkatan Mutu Akademik
Cari Berita

Advertisement

Ratusan Mahasiswa UMRI Ikuti Pembekalan Softskill dan Peningkatan Mutu Akademik

Jumat, 09 Juni 2023

 

Pengalungan tanda peserta oleh Rektor dalam kegiatan pelatihan softskil dan peningkatan mutu akademik Universitas Muhammadiyah Riau, Kamis (9/6) di Kampus 2 UMRI Pekanbaru.

PEKANBARU, PARASRIAU.COM - Ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) mengikuti pembekalan Pengembangan Softskill dan Peningkatan Mutu Akademik. Kegiatan yang dihadiri kurang lebih 510 mahasiswa yang merupakan penerima beasiswa dari Pemerintah Propinsi Riau tahun anggaran 2022-2023, dengan dihadiri oleh Kepala Biro Kesra Setdaprov Riau, Zulkifli Syukur dan Rektor UMRI, Saidul Amin, Jumat (9/6). 

Kegiatan yang dilaksanakan dua tempat yakni di kampus dan Markas Arhanud, dengan dua sesi dimana sesi kedua digelar kegiatan evaluasi untuk mencari tahu apakah pengembangan softskill ini memang bermanfaat bagi mahasiswa.


Dikatakan Rektor UMRI, Dr Saidul Amin, MA bahwa softskill secara harfiah memiliki arti keterampilan lunak. Tapi, ketika bicara soal softskill, maksudnya adalah keterampilan mendasar. "Itu tidak didapatkan di bangku perkuliahan. Tapi sangat berguna di tengah masyarakat. Softskill tak ada mata kuliahnya," ungkap Rektor.


Ketika di tengah masyarakat, softskill inilah yang diperhatikan masyarakat. Di antaranya, kepemimpinan yang tidak ada sekolahnya. Tapi diasah, asih dan asuh. Jadi ketika masuk ke masyarakat, mahasiswa dapat bermanfaat bagi sesama.


Softskill lainnya adalah positif thinking atau berpikir positif. Orang yang berpikir positif di setiap ada permasalahan, yang dilihatnya adalah kalan keluar. Sebaliknya yang negatif thinking, tiap ada masalah maka yang dilihatnya adalah hambatan-hambatan.


Berikutnya adalah problem solving. Mahasiswa bisa menjadi bagian dari orang yang menyelesaikan masalah. Yaitu, sosok yang menyejukkan dan mampu menyelesaikan masalah yang ada. Bukan menjadi si pembuat masalah.


Lalu, ada juga kemampuan beradaptasi. Tanpa kemampuan ini, maka di tengah masyarakat, mahasiswa bisa sunyi dalam keramaian. "Ada di tengah masyarakat tapi dianggap tidak ada. Diibaratkan seperti mentimun bungkuk," ujarnya.


Softskill lainnya adalah memiliki etos kerja. "Peserta harus berbeda dengan mahasiswa lain. Karena kalian adalah mahasiswa UMRI," ujarnya. Karena berkuliah di UMRI, maka mahasiswa punya nilai keislaman yang lebih. Sementara yang bukan Islam, maka yang bersangkutan bisa seperti matahari yang menerangi orang di sekitarnya tanpa melihat suku, bangsa dan agamanya.


Manfaat softskill sangat banyak. Ke depan orang tak akan bertanya ijazah tapi akan menguji kemampuan seseorang. "Walaupun punya ijazah S3 tapi kemampuan anak SMA, maka orang tidak akan memakai," ujarnya. Artinya, ke depan yang dibutuhkan bukan orang yang kritis melainkan yang praktis dan praksis yang dibutuhkan.


Ditambahkan dia, menurut penelitian, di masa mendatang diperkirakan ada 500 juta orang yang kehilangan pekerjaan. Karena pekerjaannya sudah diambil alih oleh teknologi. Di dunia kedokteran, sudah ada robotic medicine. Dimana, dokter dan perawat yang merupakan robot. Bahkan kinerjanya dianggap lebih baik.


"Ini loncatan pengetahuan dan teknologi yang mengesampingkan manusia. Tapi ingat, robot tidak memiliki softskill. Robot tidak bisa jadi problem solver, tidak punya jiwa kepemimpinan dan sebagainya. Robot hanya bisa melakukan apa yang diprogramkan padanya," kata Rektor. Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa mengembangkan softskill.


Saidul juga berterimakasih kepada Pemprov Riau yang sudah menyalurkan beasiswa kepada UMRI. Dimana, tahun ini saja ada sekitar Rp 8 miliar beasiswa yang disalurkan bagi mahasiswa UMRI. Sementara, kepada mahasiswa penerima beasiswa, Rektor berharap mereka bisa menjadi orang yang membawa nama baik kampus di tengah masyarakat.



Sementara, Kepala Biro Kesra Setdaprov Riau, Zulkifli Syukur menyampaikan, pemerintah sangat mengapresiasi terhadap pendidikan anak di Riau. Salah satunya dengan memberi beasiswa yang sekolah di perguruan tinggi di dalam maupun luar provinsi Riau.


Tiap tahun, Pemprov mengevaluasi program beasiswa di perguruan tinggi. "Alhamdulillah, UMRI hasilnya sangat sesuai dengan yang diharapkan Pemprov," ungkapnya. 


Menurutnya, penerima beasiswa adalah orang yang beruntung. Sulit dan tidaknya orang kuliah tergantung pada dirinya sendiri. Jika mampu mengikuti masa kuliah dengan baik, maka pemerintah akan membantu lewat beasiswa. 


Pada penerima, tambahnya, juga diperlukan imbal balik bagi daerah. Yaitu dengan turut membantu program pemerintah. Caranya dengan belajar yang baik serta tidak mencemarkan nama kampus dan bangsa.


Penerima beasiswa sebagai pionir juga harus mampu memperhatikan banyak masalah yang ada di Riau. Seperti Riau menjadi pintu gerbang masuknya narkoba. "Jangan sampai adik-adik terlibat, menyentuh atau menggunakan narkoba," ungkapnya. Masalah lainnya adalah LGBT yang semakin marak. 


Zulkifli berharap, peserta mampu ikut memikirkan masalah ini. Dengan softskill yang ada, para mahasiswa juga diharap memberi warna pada kehidupan masyarakat di sekitarnya. "Ini pentingnya softskill. Karena orang yang berilmu belum tentu berakhlak. Padahal orang yang diperlukan saat ini adalah orang yang punya ilmu dan  berakhlak," kata Zulkifli.


Setiap tahun ratusan miliar rupiah. Sementara di UMRI sekitar Rp8 miliar sampai Rp10 miliar per tahun. Di samping beasiswa ada dana softskill. Jadi selain berprestasi peserta diharap mampu menjadi anak yang baik. 


Ketua Panitia, Jupendri menjelaskan, peserta ada 510 orang. Terdiri dari penerima beasiswa bidik misi angkatan 2022 sebanyak 70 orang. Kemudian, beasiswa berprestasi dari angkatan 2019 sebanyak 210 orang, angkatan 2020 sebanyak 78 orang dan angkatan 2021 sebanyak 100 orang.


Adapun jumlah penerima beasiswa tahfiz Quran dari angkatan 2019 sebanyak 1 orang, angkatan 2020 sebanyak 22 orang, angkatan 2021 sebanyak 9 orang dan angkatan 2022 sebanyak 20 orang.(yue)