KABUPATEN Indragiri Hilir merupakan salah satu kabupaten
yang terletak cukup jauh dari ibukota Provinsi Riau mempunyai luas wilayah
1.367.551 hektar. Lebih dari separuh luas wilayah kabupaten tersebut terdiri
dari perkebunan kelapa yang kurang lebih seluas 780.500 hektar.
Oleh sebab itu, Kabupaten Indragiri Hilir dikenal dunia
sebagai wilayah perkebunan kelapa yang paling terbesar yang tersebar di 20
kecamatan di kabupaten itu. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kabupaten
Indragiri Hilir, terdapat sekitar 341.072 hektar kebun kelapa rakyat (11 % dari
luas kebun kelapa nasional).
Salah satu kecamatan yakni Kecamatan Sungai Guntung
merupakan wilayah kawasan perkebunan kelapa terbesar. Di sana juga terdapat
sebuah perusahaan terbesar yakni PT Pulau Sambu yang berdiri sejak tahun 1983
yang hingga kini sudah beroperasi kurang lebih selama 40 tahun. Selain di Kecamatan
Sungai Guntung, PT Pulau Sambu juga memiliki anak perusahaan di Pulau Enok yang
namanya juga sama yakni PT Pulau Sambu. Namun hanya berskala kecil di banding
yang ada di Pulau Guntung. Di sana, perusahaan tersebut juga mengemas santan
kelapa berskala kecil.
Kunjungan Wisata LKTJ PWI Riau
Sebelum menuju ke Pulau Sambu, dari pintu gerbang pelabuhan
hingga masuk bus air untuk menuju ke Pulau Sambu tempat wisata Lomba Karya Tulis
Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (LKTJ-PWI) Riau atau pabrik kelapa PT
Pulau Sambu yang di Pulau Kuala Enok yang merupakan cabang dari perusahaan
terbesar di Pulau Guntung.
Namun sangat disayangkan, rombongan LKTJ PWI Riau tak
diizinkan masuk ke dalam kawasan perusahaan dan hanya berhenti di tepian
dermaga pelabuhan sambil berfoto karena dihadang security PT Pulau Sambu.
Sebanyak 80-an wartawan tidak bisa menyaksikan apa sebenarnya aktivitas yang berada
dalam pabrik kelapa itu. Dari informasi yang beredar bahwa pabrik kelapa itu
menjual produk KARA.
Dikarenakan rombongan 80-an wartawan tidak bisa masuk, maka
rombongan wartawan hanya singgah di beberapa tempat di tepian sungai. Antara
lain di Pulau Sapat yang mana di lokasi tersebut terdapat sebuah kampung yakni
Kampung Hidayah yang merupakan Destinasi Wisata Religi Makam Tuan Guru Sapat.
Begitu juga rombongan singgah singgah ke Kampung Suku Duano yang suku asli
Indragiri Hilir yang hidup di sepanjang Sungai Indragiri Hilir.
Berbicara tentang Kampung Hidayah, maka tak bisa dipisahkan
dari sosok Syekh Abdurahman Siddiq bin H. Muhammad Alif atau yang lebih dikenal
dan masyhur dengan nama 'Tuan Guru Sapat'. Menurut keterangan Muhammad Muhkri
Fahzan Al Kamil Bin Masri (Cik Imoh) yang merupakan Buyut Tuan Guru Sapat nomor
3 dari 2.000 lebih buyut. Diceritakannya bahwa Tuan Guru Sapat sampai ke Kampung
Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Indragiri, Kabupaten Inhil ini sekitar
Tahun 1970 M hingga Tahun 1939 Masehi. Pada tahun 1939 itulah Tuan Guru Sapat
wafat.
Syekh Abdurrahman Siddiq ini merupakan keturunan dua orang
tokoh besar penyebar agama Islam di Indonesia, yaitu Pangeran Diponegoro dan
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Setelah hampir satu tahun di Martapura,
sekitar tahun 1317 H, Syekh Abdurrahman Siddiq hijrah ke Indragiri, Riau.
Beliau tinggal di Indragiri di sebuah kampung yang bernama
Sapat (sekarang menjadi ibukota Kecamatan Kuala Indragiri). Di kampung ini
awalnya beliau membuka lahan perkebunan dan pertanian serta membuka irigasi untuk
pengairan sawah-sawah. Setelah itu, banyaklah orang-orang yang berpindah ke
Kampung Sapat hingga penduduknya menjadi ramai. Di tempat ini kemudian Syekh
Abdurrahman Siddiq membuka pengajian.
Nama Syekh Abdurrahman Siddiq sebagai seorang ulama akhirnya
tersebar di segenap pelosok kerajaan negeri Indragiri, bahkan sampai ke Pulau Kalimantan,
Jawa, Sulawesi dan Semenanjung Malaya. Hingga pada suatu hari, datanglah utusan
dari kerajaan menemui beliau yang menyampaikan undangan agar beliau bersedia datang
ke Istana Sultan Rengat. Di istana beliau disambut dengan penuh suka cita dan penuh
persaudaraan oleh Sultan Rengat yang bernama Sultan Mahmud Syah.
Dalam pertemuan itu Syekh Abdurrahman Siddiq diminta oleh
Sultan agar bersedia menjadi mufti Kerajaan Indragiri. Awalnya, Syekh
Abdurrahman Siddiq menolak tawaran itu, namun setelah berulang kali memohon
dengan berbagai alasan dan pertimbangan serta demi kepentingan agama, maka
permohonan Sultan itu akhirnya dikabulkan.
Selama 20 tahun menjadi mufti, Syekh Abdurrahman Siddiq tak
pernah mengambil atau menggunakan gaji dari jabatannya untuk kepentingan
pribadi. Untuk memenuhi keperluan rumah tangga sekeluarga, beliau memanfaatkan
hasil sawah dan kebun milik sendiri. Bahkan tak hanya itu, keperluan hidup para
santri seluruhnya tiap hari, juga sepenuhnya ditanggung beliau sendiri.
Kelebihan Syekh Abdurrahman Siddiq tak hanya pada
kehandalannya dalam berdakwah bil lisan maupun bil hal saja, tetapi juga pada
kemampuannya dalam dakwah bil kitabah yang dibuktikan dengan banyaknya karya
tulis yang beliau hasilkan.
Dengan berjalannya waktu, akhirnya Kampung Hidayah terkenal dengan kampung penghasil kelapa, banyak pedagang dari luar negeri (Singapura dan Malaysia) yang datang ke Kampung Hidayat untuk membeli kelapa masyarakat. Saat itu, para pedagang dari luar negeri membeli dengan harga mahal yang membuat hati petani kelapa menjadi bahagia. Namun, keberadaan pedagang dari luar negeri tersebut, tidak bertahan lama (penjelasan Cik Imoh).
Dan kini, tak hanya di Kampung Hidayat, hampir di seluruh
daerah di Kabupaten Indragiri Hilir masyarakatnya memiliki perkebunan kelapa.
Sehingga menjadikan Kabupaten Inhil sebagai Negeri Hamparan Kelapa Dunia.
Perkebunan kelapa juga menjadi perkebunan yang dibanggakan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Inhil.
Potensi Kebun Kelapa di Inhil
Menjadi pusat perkebunan kelapa terbesar di dunia, bukan berarti perkebunan kelapa kabupaten tersebut terbebas dari berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan yang signifikan adalah masalah harga kelapa per butir yang masih tergolong rendah. Meskipun saat ini sudah ada beberapa perusahaan penampung yang berdiri di Kabupaten Inhil, ternyata tak mampu menjadikan harga jual kelapa masyarakat menjadi lebih mahal. Harga per butir di tingkat petani hanya Rp 1.000-an saja.
Dari segi penghasilan, kelapa masyarakat Inhil sempat mengalami penurunan dratis, bahkan bisa dikatakan rusak, meskipun para tengkulak atau pengepul di wilayah itu menjamur di mana-mana. Akan tetapi, harga per butir sangat anjlok di kisaran tahun 2015. Yang lebih ironis lagi, ribuan pohon kelapa masyarakat banyak yang rusak dikarenakan faktor alam.
Sejumlah Produk yang Dihasilkan
"Dari dua perusahaan besar yang berada di Pulau Guntung dan Pulau Kuala Enok, selain santan juga ada VCO, coco fiber, Nata De Coco, Kara, Dydor Coco, Carbon, Briket dan gula," ujar Kepala Bagian Humas PT Sambu, Ginting saat makan malam di sebuah warung makan di Indragiri Hilir bersama para wartawan.
Selain dari buah, katanya, juga masih banyak yang
dihasilkan. Diantarannya, tempurung kelapa yang dijadikan arang, juga
dimanfaatkan untuk berbagai kerajinan. Dan serabutnya dimanfaatkan untuk
cocofit dan coco fiber. Batang kelapa bisa dijadikan bahan bangunan dan mutunya
bagus. Batang kelapa juga dapat digunakan untuk perabot rumah tangga dan
kerajinan. Akarnya ternyata berkhasiat sebagai obat juga untuk kerajinan dan
pewarna makanan.
Inilah tumbuhan yang mulai daun hingga akarnya dapat dimanfaatkan
semuannya. Dari kelapa banyak memberikan inspirasi bagi penduduk Tembilahan.
Kelapa tersebut memberikan inspirasi bagi masyarakat. Seperti tanjak kepala
khas Kabupaten Indragiri Hilir, budaya tarian kelapa dan pembuatan batik tulis
motif kelapa khas Indragiri Hilir.
Selain itu, dari beberapa even yang diadakan di Indragiri
Hilir juga telah membuka mata dunia, dengan membuat vestival 500 makanan yang
terbuat dari kelapa. Juga minum serentak 10.000 kelapa muda, hingga Kabupaten
Indragiri Hilir mendapatkan penghargaan Rekor MURI.
Bupati Indragiri Hilir, H.M Wardan juga pernah menggelar gebrakan Festival Kelapa Internasional (FKI) di Indragiri pada tahun 2017. Kabupaten ini mendapat kepercayaan sebagai daerah pertama yang menjadi penyelenggaraan FKI. Hingga saat ini kabupaten itu masih Menggema festival tersebut hingga tahun 2023. Meskipun vestival tersebut tinggal kenangan indah bagi Kabupaten Indragiri Hilir. Pada saat itu, acara FKI dihadiri delegasi dari Malaysia, Belanda, Singapura, Thailand, India, Sri Langka, Tiongkok dan sejumlah pemerintah daerah penghasil kelapa terbesar di Indonesia.
Kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir pun telah memberikan
inspirasi seni bagi penduduk. Seperti tanjak kepala khas kabupaten. Ada juga
kegiatan budaya seperti tarian kelapa, prosesi tepung tawar dan pembuatan batik
tulis motif kelapa khas Indragiri Hilir.
"Selain FKI, event lain yang berkaitan dengan kelapa
dari Inhil yang telah mendunia yakni terciptanya 2 Rekor MURI. Yaitu rekor MURI
sajian 500 jenis makanan berbahan kelapa dan rekor MURI meminum serentak 10.000
butir buah kelapa muda," ujarnya.
Meskipun Festival Kelapa Internasional (FKI) telah usai, bahkan tinggal kenangan. Aakan tetapi hasil dari pemikiran dan gagasan menginspirasi hingga saat ini. Terutama dari beberapa hasil kerajinan yang telah bergulir hingga kini. Bahkan Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir bertekad akan tetap memajukan kelapa sebagai komuditi unggulan daerah tersebut. Mulai dari petani hinga perusahaan berkomitmen tetap akan menjaga kelestarian kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir. Yang mana Kabupaten Indragrri Hilir sudah tercatat sebagai kawasan perkebunan kelapa terbesar di Indonesia dengan luasan hamparan 500.000 hektar. Maka berbangalah masyarakat Indragiri Hilir yang memiliki kelebihan yang merupakan Anugerah Ilahi yang tak dimiliki oleh daerah lain di Bumi Nusantara Indonesia tercinta ini.
Untuk mewujudkan itu semua, seluruh stakeholder pembangunan
di Kabupaten Indragiri Hilir harus mampu membangun sinergitas dalam pengembangan
perkebunan kelapa masyarakat. Mereka juga harus seirama dalam semangat
membangun perkebunan kelapa masyarakat. (Iwn)