Internalisasi Pengasuhan Balita, Mardalena Wati Yulia: Terus Pantau Angka Lonjakan Stunting
Cari Berita

Advertisement

Internalisasi Pengasuhan Balita, Mardalena Wati Yulia: Terus Pantau Angka Lonjakan Stunting

Kamis, 02 Maret 2023

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau, Dra. Mardalena Wati Yulia, M.Si saat memberikan arahan sekaligus membuka kegiatan ini secara resmi. ist


BANGKINANG, PARASRIAU.COM - Dalam rangka Percepatan Penurunan Stunting Kepada Masyarakat, Perwakilan BKKBN Provinsi Riau dan Dinas PPKBP3A, Rabu (1/2/23) menyelenggarakan kegiatan Internalisasi Pengasuhan Balita di Aula Kantor Lurah Bangkinang, Kabupaten Kampar. 


Berdasarkan data SSGI Tahun 2022 diketahui prevalensi stunting di kampar berhasil turun dari 25,7% menjadi 14,5%. Tentunya hanya perlu menurunkan 0,5% untuk dapat mencapai target yang ditetapkan presiden yakni 14% ditahun 2024. Namun tentu saja tetap tidak boleh lengah. 


“Dengan angka stunting yang sudah turun, tentunya kita tidak boleh lengah. Mengingat masih terjadi angka stunting di beberapa daerah di Riau,” jelas Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau, Dra. Mardalena Wati Yulia, M.Si saat memberikan arahan sekaligus membuka kegiatan ini secara resmi. 


Beliau mengatakan, pencegahan stunting ini tentunya tidak bisa hanya dilakukan oleh BKKBN atau Dinas PPKBP3A saja, melainkan dibutuhkan peran dan sinergi dari semua pihak. 


“Salah satu sinergi yang sudah dibangun adalah membangun MoU dengan KUA dan Kemenag untuk melakukan screening pada calon pengantin yang akan menikah sebagai upaya pencegahan Stunting dari Hulu,” ujarnya.


Di tempat yang sama, Kepala Dinas PPKBP3A, Drs. H. Edi Afrizal, M.Si mengatakan, panutan telah mengupayakan melakukan pencegahan stunting melalui pembentukan Tim Pendamping Keluarga dan Tim Percepatan Penurunan Stunting hingga tingkat Desa. 


“Saat ini kita memiliki 447 TPK yang terdiri dari Kader KB, Kader PKK dan Bidan Desa. Kader kita inilah yang nantinya akan mendampingi 4 sasaran pencegahan stunting, mulai dari calon pengantin, ibu hamil, ibu pascasalin, hingga ibu yang memiliki bayi dua tahun, ucapnya.


Selain calon pengantin, katanya, 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) juga menjadi perhatian serius dalam upaya pencegahan stunting. 1000 HPK ini dimulai sejak saat ibu dinyatakan hamil sampai dengan anak berusia dua tahun. Masa ini disebut juga dengan masa emas, karena 80% perkembangan otak terjadi di 1000 HPK, setelah itu memang masih bisa terjadi penambahan, namun hasilnya tentu tidak akan maksimal. 


Oleh karena itu, lanjutnya, pada hari ini peserta yang dihadirkan merupakan ibu hamil, ibu yang memiliki baduta dan ibu pasca salin. Harapannya pertemuan ini bisa menambah bekal dan pemahaman peserta terkait pentingnya 1000 HPK mulai dari pemenuhan gizi hingga bagaimana pola pengasuhan yang baik. Sehingga kelak lahir anak sehat bebas stunting dan cita cita Indonesia Emas 2045 dapat diraih. 


Harapan yang sama juga diungkapkan Lurah Bangkinang, Suprapto, SE. Beliau berharap peserta kegiatan bisa mengikuti kegiatan dengan seksama, sehingga ilmu yang didapatkan bisa dibagikan kepada masyarakat lain yang mungkin belum berkesempatan hadir pada kegiatan ini. 


"Harapannya melalui pertemuan ini yang tidak tahu menjadi tahu, yang tahu menjadi mengerti dan yang mengerti bisa memahami dan menjelaskannya kepada masyarakat yang lain," harapnya.


Rismadani, S.Gz, dari PERSAGI Kabupaten Kampar yang menjadi narasumber pada kegiatan ini menjelaskan tentang optimalisasi 1000 HPK dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai Kartu Kembang Anak (KKA) oleh Ns. Erwina Rinding, S.Kep. pr1


Editor: M Ikhwan