BKKBN Riau Gelar Workshop Parenting 1001 Cara Bicara Bagi Pengelola PIK Remaja
Cari Berita

Advertisement

BKKBN Riau Gelar Workshop Parenting 1001 Cara Bicara Bagi Pengelola PIK Remaja

Kamis, 30 Maret 2023

Kepala Perwakilab BKKBN Riau, Mardalena Wati Yulia menandatangani naskah pengukuhan pengurus IPKB Riau, Kamis (30/3/2023).


PEKANBARU, PARASRIAU.COM - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Riau menggelar workshop Parenting 1001 Cara Bicara, Tentang Kita bagi Pengelola PIK Remaja serta Implementasi Elsimil tingkat Kabupaten/Kota Tahun 2023 mulai 29 sampai 31 Maret.


Dalam kegiatan ini juga digelar pelantikan Pengurus Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Provinsi Riau periode 2022-2024 oleh Kepala Perwakilan BKKBN Riau, Mardalena Wati Yulia.


Kemudian ada juga penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara BKKBN Riau dengan Politeknik Caltex Riau (PCR) yang dilakukan langsung oleh Dr. Dadang Syarif SS, S.Si., M.Sc selaku Direktur.


Ketua Pelaksana, Said Masri dalam laporannya menyampaikan, tiga kegiatan ini punya keterkaitan dan berkontribusi pada program. Sehingga program pembangunan keluarga, khususnya ketahanan remaja bisa sesuai dengan yang telah direncanakan.


Pembinaan ketahanan remaja dinilai penting untuk mempersiapkan mereka sebagai calon orang tua. Caranya dengan memberi akses informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan kehidupan remaja. Untuk itu, perlu remaja memiliki persiapan dalam menjalani transisi kehidupan remaja.


Remaja dapat jadi aset luar biasa bagi bangsa jika dikelola dengan baik. Sebab di tangan remaja masa depan Indonesia berada. Mereka merupakan bagian dari masa emas Indonesia. Terlebih di tahun 2035, Indonesia memasuki bonus demografi.


Sementara, tujuan pertemuan ini adalah meningkatkan pengetahuan pengelola PIK Remaja dan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dalam membina serta penguatan karakter remaja. Kemudian meningkatkan pengetahuan pendidik dan pembina PIK Remaja.

Kemudian meningkatkan pengetahuan pengelola. Khususnya yang melakukan pendampingan pasca salin dan pendampingan calon pengantin yang terdaftar dalam aplikasi Elsimil.


Peserta untuk acara Parenting 1001 Cara Bicara ada 54 orang, pengelola PIK Remaja ada 54 orang. Kemudian untuk peserta implementasi Elsimil ada 56 orang. Total peserta adalah  164 orang.


Diharapkan lewat kegiatan ini, meningkat pengetahuan seluruh peserta. Kemudian meningkatnya pengetahuan guru pembina remaja dan kawan sebaya remaja dalam upaya penguatan karakter dan persiapan berkeluarga bagi remaja.


Sementara Kepala Perwakilan BKKBN Riau, Mardalena Wati Yulia, mengucapkan selamat kepada pengurus IPKB yang telah dikukuhkan. Meski masa bakti 2022-2024, baru kali ini dikukuhkan. Meski demikian diharap tak mengurangi makna.


Menurut Mardalena, peran IPKB sangat penting dalam meningkatkan akses penyebarluasan akses informasi program Bangga Kencana dan upaya penurunan stunting.


Dijelaskan dia, tiga kegiatan dalam workshop ini sangat penting. Khususnya terkait peran pemuda dalam upaya pembangunan bangsa. Apalagi menyambut bonus demografi 2034. Menurut dia, bonus demografi bisa menghasilkan dampak positif jika generasi ke depan sehat dan produktif.


Menurut Mardalena, saat ini jumlah remaja yang tergolong milenial dan generasi Z mendominasi komposisi penduduk Indonesia. Mereka ini adalah golongan masyarakat yang sangat akrab dengan dunia digital. Untuk itu, BKKBN membuat program Workshop Parenting 1001 Cara Bicara agar pendekatan keluarga lebih masif dan sesuai dengan karakteristik remaja terkini.


"Ini adalah cara pendekatan yang efektif pada remaja kita di era digital yang begitu masif. Peserta adalah para pembina PIK Remaja. Mereka akan diberi pemahaman cara melakukan pendekatan pada remaja dari narasumber yang juga seorang psikolog," ungkap Mardalena.


Di samping itu, agar remaja tumbuh secara positif, pemerintah juga menaruh perhatian dengan membuat program Duta Genre. Kemudian, ada juga PIK Remaja yang tujuannya untuk menyebarkan informasi terkait Kesehatan Reproduksi Remaja.


Kemudian memberi edukasi terkait pendewasaan usia perkawinan. Sehingga mereka tidak menikah dini, tidak melakukan penyimpangan seksual, tidak menggunakan narkoba dan sebagainya.


Sementara, terkait upaya penurunan angka stunting, BKKBN Riau menegaskan tetap fokus mencapai target 14 persen di tahun 2024. Salah satunya yaitu dengan melakukan screening pada calon pengantin atau pasangan usia subur. Kemudian, hasilnya diukur dalam Elsimil.


Meski ada screening, bukan berarti pasangan yang sudah menetapkan jadwal menikah harus membatalkan rencana itu. Karena, jika hasil Elsimil merah, mereka bisa menikah sesuai jadwal namun dalam pendampingan. Sebagai contoh, jika calon pengantin berpotensi hamil yang berisiko, maka diminta untuk ditunda dulu.


Dalam sambutannya, Mardalena juga menyampaikan informasi bahwa BKKBN Riau saat ini telah menerapkan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) SNI ISO 37001:2016. Dimana seluruh pegawai dilarang meminta dan menerima suap. Baik langsung maupun tidak langsung dari pihak-pihak terkait.


Sementara terkait MoU dengan PCR juga dianggap sangat penting dalam upaya mengembangkan program Bangga Kencana. Apalagi PCR basisnya adalah teknologi informasi. Dengan harapan, program yang berbasis IT bisa lebih ditingkatkan. Kemudian, salah satu program Kampus Merdeka adalah bisa diwujudkan dengan sosialisasi kepada mahasiswa.


Direktur PCR, Dr Dadang Syarif SS, S.Si., M.Sc menyebut lewat MoU ini pihaknya akan memfasilitasi BKKBN untuk sosialisasi terkait program-program KB. Sehingga pemahaman terkait generasi berencana pada para pemuda bisa disosialisasikan juga di PCR.


"Apalagi selama ini belum pernah dilakukan. Lewat kerja sama ini, PCR akan mendorong mahasiswa memahami tentang generasi berencana. Tentunya lewat pemahaman yang disampaikan oleh pihak BKKBN," kata Dadang.


Selain program Bangga Kencana, masalah stunting juga harus diatasi secara keroyokan. Untuk itu, PCR siap mengirim mahasiswanya untuk membantu kegiatan di BKKBN. Ke depan, tambahnya, akan banyak yang bisa dilakukan dalam mendukung program Bangga Kencana.


Semua ini perlu dilakukan. Karena menurut Dadang, PCR sebagai lembaga pendidikan juga sangat berkepentingan pada sumber saya manusia ke depan yang berkualitas dan sehat. (*/pr1)