JAWA TENGAH, PARASRIAU.COM - Sekjen Forum Pesantren Alumni (FPA) Gontor, KH. Anang Rikza Masyhadi, menyoroti hasil seleksi calon mahasiswa baru (Camaba) Indonesia yang akan melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Sebagaimana diketahui, Kemenag lewat penyelenggara kegiatan seleksi calon mahasiswa Timur Tengah telah mengumumkan nama-nama Camaba yang berhak melanjutkan studi ke Al-Azhar Mesir pada 11 April 2021 lalu.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Kemenag, Suyitno mengatakan, total ada 5.752 siswa yang mengikuti ujian seleksi studi ke al-Azhar Mesir. Dan telah dinyatakan lulus; 20 kuota beasiswa dan 1.529 kuota non beasiswa (biaya mandiri) di Al-Azhar Mesir.
Dengan hanya 1.529 peserta dinyatakan lulus jalur non beasiswa (biaya mandiri) ke Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Artinya, ada 4.173 orang yang tidak lulus ujian versi Kemenag.
"Ujian seleksi ke Al- Azhar Mesir dalam rangka memaksimalkan kualitas, bukan membatasi kuantitas. Al-azhar tidak menetapkan kuota, jadi tidak ada masalah dengan kuantitas," kata KH. Anang Rikza, Sabtu (15/5/2021).
Anang sepakat jika seleksi ujian masuk Al-Azhar semata-mata untuk menyaring Camaba berkualitas. Namun ketidaklulusan 4173 santri lewat ujian versi Kemenag patut dipertanyakan. Apalagi, santri-santri tersebut mewakili ribuan pesantren di Indonesia yang akan belajar khazanah Islam ke Al-Azhar dengan biaya mandiri.
"Maka, yang perlu diatur adalah regulasi ujian seleksinya, supaya berkualitas, sekali lagi bukan membatasi jumlah yang akan ke Al-Azhar," kata Anang yang juga Pimpinan Pesantren Tazakka, Batang, Jawa Tengah.
Keberatan yang sama juga diungkapkan Pimpinan Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, Jawa Barat, KH. Imam Jazuli lewat tulisan di artikel berikut: https://m.tribunnews.com/tribunners/2021/05/14/catatan-merah-untuk-menag-gus-yaqut
FPA Gontor sebagaimana diketahui adalah organisasi kumpulan pesantren-pesantren yang didirikan oleh para Alumni Gontor se-Indonesia. FPA hingga saat ini diketahui beranggotakan hampir 1000 pesantren dan tidak sedikit dari pesantren tersebut berkepentingan mengirim kader-kader pondok ke Al-Azhar untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Yang lebih mengherankan dari kebijakan Kemenag, pesantren-pesantren afiliasi FPA sebenarnya sudah ada Muadalah atau semacam MOU langsung dengan Al-Azhar Mesir soal pengiriman alumni pesantren untuk melanjutkan kuliah ke Al-Azhar.
Artinya, sebenarnya mereka tidak perlu ikut ujian lagi di Kemenag dan bisa langsung diterima Al-Azhar "Pondok / lembaga yang sudah punya muadalah dengan Al-Azhar, sebaiknya juga diberi keluasan untuk mengirim alumninya ke Al-Azhar, kan sudah muadalah," ujar Anang seperti dilansir tribunnews.com.
Untuk itu, Anang meminta kepada Kemenag agar meninjau ulang kebijakan melakukan seleksi terhadap Camaba yang akan melanjutkan kuliah di Al-Azhar. Apalagi sampai ada kesan penyelenggara ujian dihegemoni.
"Menurut saya penyelenggara ujian jangan dihegemoni oleh satu dua lembaga, apalagi hanya oleh negara. Dibuka saja, yang penting regulasinya ditegakkan dalam rangka kualitas tadi," kata Anang.
Kemenag sebaiknya membantu pengurusan yang sifatnya teknis saja seperti pengurusa visa, tiket ke Mesir. "Soal teknis pemberangkatan saja yang diatur, kami setuju kalau soal itu, tapi yang proporsional, jangan mempersulit," pungkas Anang. ***
Editor: M Ikhwan