Vaksin Nusantara yang Digagas Terawan Sudah Uji Klinis Tahap I
Cari Berita

Advertisement

Vaksin Nusantara yang Digagas Terawan Sudah Uji Klinis Tahap I

Rabu, 17 Februari 2021

 


JAKARTA, PARASRIAU.COM - Terawan Agus Putranto punya kesibukan baru setelah tak lagi menjabat Menteri Kesehatan: memantau penelitian Vaksin COVID-19 Nusantara. Tak begitu ramai diberitakan sebelumnya, ternyata penelitian vaksin ini sudah akan masuk ke uji klinis tahap II.


Vaksin tersebut digagas saat Terawan masih menjabat sebagai Menkes. Pada Selasa (16/2/2021), Terawan meninjau persiapan uji klinis fase II vaksin Nusantara di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Selain Terawan, sejumlah anggota komisi IX DPR juga hadir di acara ini.


"Vaksin ini merupakan kerja sama antara PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, Universitas Diponegoro (Undip), dan juga RSUP Dr. Kariadi," ujar Terawan di lokasi.


Vaksin yang berbasis sel dendritik ini mulai dikembangkan pada September 2020. Namun, penetapan tim penelitian uji klinis vaksin ini dilakukan pada 12 Oktober atau 2 bulan sebelum reshuffle kabinet.

Sel dendritik merupakan sel imun yang menjadi bagian dari sistem imun. Satu vaksin hanya diperuntukkan pada satu orang atau bersifat personalisasi. Dengan demikian, vaksin ini diyakini aman bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta (komorbid). 


Terawan mengatakan, pengembangbiakan vaksin COVID-19 dengan sel dendritik akan terbentuk antigen khusus, kemudian membentuk antibodi.


Terawan menjelaskan, ada 30 relawan yang mengikuti uji klinis tahap I vaksin Nusantara. Ia mengeklaim hasilnya memuaskan.


"Uji klinis I yang selesai dengan hasil baik, imunitas baik dan hasil safety [baik]. Kan uji klinis I mengontrol safety dari pasien. Dari 30 pasien, imunogenitasnya baik," jelas dia.


Terawan belum bisa menyebut kapan vaksin tersebut siap diedarkan. Sebab, vaksin ini juga mesti harus lolos penilaian mutu, kualitas, dan efikasi dari BPOM ataupun kehalalan dari MUI.


Namun Terawan optimistis bahwa vaksin ini mampu secara personalized menanamkan kekebalan ke seseorang. Termasuk untuk mereka yang memiliki penyakit komorbid tertentu. 


"Ketika kami dapat amanah mencari vaksin yang aman untuk komorbid. Komorbid itu kan berbagai macam, termasuk autoimun dan sebagainya. Tentunya konsep generalized harus diubah menjadi personalized vaccination," bebernya.


Meski vaksin bersifat personalisasi, tapi tetap bisa diproduksi massal.


"Jadi orang pikir tidak bisa produk massal. [Tapi ini] Bahkan bisa sebulan bisa 10 juta [dosis], bisa dilakukan. Ini buatan Indonesia, jadi kita bisa sejajar dengan negara lain," harap Terawan.


Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena menyambut baik pengembangan Vaksin Nusantara. Pihaknya juga mendorong penggunaan vaksin ini.


"Kami ke sini melihat pengembangan Vaksin Nusantara ini dikembangkan di RSUP dr Kariadi. Kami memastikan seluruhnya sesuai dengan ketentuan," kata Melki.


Dengan adanya informasi ini, berarti saat ini ada dua vaksin yang sedang dikembangkan anak negeri, yaitu Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih. (kumparan)



Editor: Anto Chaniago