Sekelumit Tentang Masyarakat Adat Suku Akit
Cari Berita

Advertisement

Sekelumit Tentang Masyarakat Adat Suku Akit

Sabtu, 15 Januari 2022

Salah satu gambaran kehidupan dari masyarakat adat Suku Akit. ist


PARASRIAU.COM - Suku Akit merupakan salah satu suku Melayu yang mendiami wilayah Pulau Rupat, Pulau Padang (Sungai Labu, Kudap, Dedap, Selat Akar, Bagan Melibur, Kunsit), Pulau Merbau (Cemaning, Ketapang, Renak Dungun), Pulau Tebing tinggi (Tanjung Peranap, Aer Mabuk, Kundur, Lalang, Sesap, Batin Suir), Pulau Rangsang (Api-api, Linau Kuning, Bungur-Kuala Parit, Sonde, Sungai Rangsang, Tanjung Sari, Sokop, Mereng, Bandaraya, Banau, Sipije) dan Pulau Mendol.


Kata Akit sendiri merupakan panggilan untuk mereka karena menghabiskan sebagian hidup mereka di atas rakit. Suku asli menggunakan rakit sebagai alat transportas untuk berpindah dari satu pulau ke pulau lain. Mereka hidup bergantung dari sumber daya alam di sekitar mereka.


Suku Akit merupakan salah satu suku yang tergolong KAT atau Komunitas Adat Terpencil. Mereka membangun rumah di sekitar pinggir pantai agar dapat melakukan pekerjaan di darat. 


Perawakan Suku Akit dikenal memiliki tubuh yang tinggi besar, berbeda dengan orang melayu lainnya. Tubuh yang kekar membuat mereka sangat cocok untuk mencari makan dengan berburu, melaut dan sebagian besar bekerja sebagai buruh kasar di beberapa panglong (dapur) arang di sekitar desa. 


Mereka mencari kayu bakau untuk dijadikan arang dan dijual. Dalam proses pembuatan arang, Suku Akit biasanya membakar dan melakukan ritual khusus menurut agama dan kepercayaan Suku Akit yaitu Buddha. Sebelum pembakaran, pemilik panglong terlebih dahulu sembahyang di depan pintu panglong dengan membakar dupa, agar tidak ada halangan dan proses lancar hingga menjadi arang.


Salah satu tradisi Suku Akit adalah memberi warna pada perahu sebagai symbol. Perahu untuk mengangkut kayu atau mencari ikan diberi warna terutama bagian Haluan yang disebut ‘tangkap’.


Warna biru, hijau atau putih menandakan perahu adalah milik suku melayu dan suku akit. Sedangkan merah adalah milik masyarakat tionghoa. Walau pun dalam literatur mereka merupakan keturunan tionghoa, namun warna perahu menunjukkan bahwa mereka berbeda dengan masyarakat tionghoa.


Dalam sistem kepercayaan dahulu, masyarakat Suku Akit menganut kepercayaan animisme. Sebagai contoh mereka percaya saat waktu tertentu dan masyarakat Suku Akit percaya bahwa mereka akan mendapat kesialan jika mereka pergi melaut, menghidupkan api atau menebang pohon di hutan pada waktu-waktu tertentu.


Namun hal tersebut perlahan ditinggalkan seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya para pendatang, seperti para pedagang china. Umumnya masyarakat Suku Akit beragama budha dan harus memiliki patung budha di depan rumah mereka atau di ruang tamu. Dan sebagian kecil beragama Kristen dan Islam.


Itulah beberapa kebudayaan yang bisa dipelajari dari Suku Akit yang memang masih sangat menjaga hubungannya dengan masyarakat luar, sehingga masih dimungkinkan ada banyak hal yang dapat dipelajari dan diketahui lebih dalam lagi nantinya. 


Dengan mempelajari kebudayaan Suku Akit ini, maka dapat diketahui bagaimana seni dan budaya telah melekat pada kehidupan masyarakat sejak jaman dahulu kala. pr2


Editor: M Ikhwan