Stok Masker Medis Melimpah, Tapi Harganya Masih Tinggi
Cari Berita

Advertisement

Stok Masker Medis Melimpah, Tapi Harganya Masih Tinggi

Senin, 15 Februari 2021



JAKARTA, PARASRIAU.COM - Kondisi produksi masker medis dalam negeri sudah jauh berbeda ketimbang awal pandemi. Kini, produksi masker medis dari para produsen sudah melampaui angka kebutuhan dalam negeri, sehingga stoknya pun melimpah.


Dari catatan Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki), selama Juli-Desember 2020, angka produksi masker medis dalam negeri mencapai 3,1 miliar lembar, dengan rincian 350,5 juta lembar per bulan. Sementara, kebutuhan dalam negeri selama periode tersebut hanya 129,8 juta lembar.


"Kesimpulannya, kapasitas industri dalam negeri sudah jauh melampaui kebutuhan dalam negeri," kata Kepala Bidang I Promosi Produk Dalam Negeri Aspaki Erwin Hermanto," Senin (15/2/2021).


Meski stok melimpah, harga masker medis di pasaran masih tinggi. Misalnya masker merek Sensi jenis 3 ply earloop yang masih di atas Rp 100.000 per box berisi 50 lembar. Padahal, sebelum pandemi harganya tak sampai Rp 100.000/box. Begitu juga dengan masker-masker merek lain yang harganya masih tembus ratusan ribu rupiah, seperti merek Evo Plusmed, lalu merek 3M N95 yang harga satuannya pun naik drastis sekitar Rp 30.000-60.000, dan masker lain yang harganya masih terbilang mahal.


Menurut Erwin, harga masker di pasaran saat ini terbilang stabil. "Saat ini harga masker sudah bisa terbilang normal dan sangat terjangkau," tutur dia.


Ia mengaku, harga masker medis di Indonesia memang belum bisa kembali pada level sebelum pandemi COVID-19. Pasalnya, harga bahan baku masker masih tinggi.


"Saat ini harga bahan baku masker masih di atas masa sebelum pandemi. Jadi sewajarnya harga belum bisa seperti pandemi, walaupun sekarang rata-rata harga masker sudah sangat-sangat terjangkau karena kelebihan supply di pasar," terang Erwin.


Ia mencatat, harga bahan baku masker meningkat 48% dibandingkan masa sebelum pandemi sehingga menyebabkan harga jual masker belum kembali seperti sebelum pandemi. "Sekitar 48% dari sebelum pandemi," pungkas dia. (detik)



Editor: Anto Chaniago