Mobil Dinas Baru Kabinet Jokowi Jilid II Menuai Pro dan Kontra
Cari Berita

Advertisement

Mobil Dinas Baru Kabinet Jokowi Jilid II Menuai Pro dan Kontra

Senin, 02 September 2019


JAKARTA, PARASRIAU.COM -Rencana pemerintah membeli mobil dinas baru untuk kabinet Presiden Jokowi jilid II menuai pro dan kontra. Para politisi ada yang mendukung, ada pula yang menolak.

Mereka yang menolak, di antaranya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat. Mobil dinas baru untuk pejabat dinilai tidak perlu karena pemborosan anggaran. Sementara Partai Gerindra kompak dengan PDIP, setuju dengan pengadaan mobil baru untuk para pembantu presiden.

Rencana mobil baru untuk pejabat ini jadi polemik yang tak kalah gaduh di tengah isu panas soal perebutan kursi menteri untuk kabinet baru, yang belum juga reda. Pemerintah menyiapkan anggaran Rp150 miliar lebih untuk pengadaan mobil menteri dan pejabat negara lainnya.

Proses lelang pun sudah berlangsung. Dan disebut-disebut pemerintah sudah sepakat menyiapkan mobil baru yang harganya di atas Rp600 juta per unit. Kritik tajam langsung dilontarkan politisi PKS. Partai yang memilih tetap menjadi oposisi ini menilai pengadaan mobil dinas baru bakal menggerus anggaran negara. “Anggaran negara kita tidak sangat longgar. Halnya anggaran digunakan untuk hal-hal yang bersifat sangat mendesak dan sangat perlu,” kata politisi PKS, Hidayat Nur Wahid.

Dia yakin mobil dinas para pejabat negara dan menteri saat ini masih baik dan tetap bisa digunakan. Hidayat pun menyarankan anggaran yang ada sebaiknya digunakan untuk merealisasikan janji Presiden Jokowi untuk meningkatkan sumber daya manusia yang unggul, seperti memberikan bea siswa, membangun sekolah dan perguruan tinggi dan hal-hal penting lainnya.

PDIP keberatan jika program ganti mobil untuk pejabat setingkat menteri dianggap pemborosan. Bagi politisi dari partai yang dijanjikan bakal dapat jatah kursi menteri terbanyak itu, sudah sepatutnya para menteri mendapat fasilitas jabatan yang memadai.

“Tidak tepat apabila dikaitkan dengan pemborosan, dibandingkan dengan penggunaan-penggunaan yang diperlukan, apalagi untuk kepala negara maupun anggota kabinet. Jadi perbandingan tersebut tentunya tidak bisa apple-to-apple. Tidak bisa kita lihat bagaimana suatu kegiatan apakah boros atau tidak boros. Tentunya kita harus melihat ini kebutuhannya untuk apa,” kata Nusyirwan, Ketua DPP PDI Perjuangan.   

Sikap hampir senada diungkapkan politisi Gerindra, partai yang disebut-sebut sudah mendapat tiket masuk ke gerbong kabinet Jokowi-Ma’ruf. Gerindra setuju bila menteri baru dibekali mobil baru, namun dengan catatan pemerintah harus berhemat dengan mencari kendaraan yang lebih murah.

“Saya menyetujui penggantian dengan mobil yang baru karena memang yang lama sudah rusak, sudah bermasalah. Usia pemakaiannya pun sudah lama, sudah 10 tahun lebih.,” kata Andre Rosiade, Wakil Sekjen Partai Gerindra.

Dia pun mengaku menyaksikan sendiri mobil dinas yang dipakai Wakil Ketua DPR Fadli Zon dari Gerindra pun sudah rusak, tidak bisa digunakan. “Maka saya setuju untuk pembelian mobil baru. Tapi tentu, memperhatikan situasi anggaran negara, kan mobil dinas itu tidak harus Toyota Royal Saloon kan. Harganya lebih mahal. Kan bisa saja Toyota Camry atau Innova, yang menurut saya representatif dan cukup layak dipakai pejabat negara setingkat menteri. Sehingga ada efisiensi pengeluaran anggaran negara,” lanjut Andre.***

dilansir: vivanews.com