Rutin Kardio Bisa Kurangi Masalah Seksual
Cari Berita

Advertisement

Rutin Kardio Bisa Kurangi Masalah Seksual

Rabu, 07 Agustus 2019


JAKARTA, PARASRIAU.COM - Sebuah studi baru dalam The Journal of Sexual Medicine menemukan bahwa orang yang sering melakukan latihan kardio memiliki lebih sedikit masalah seksual. Seperti disfungsi ereksi untuk pria dan ketidakmampuan untuk terangsang bagi perempuan.

Studi ini melibatkan 3.906 pria dan 2.264 wanita yang rutin bersepeda, berenang, atau berlari. Para peserta berasal dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Selandia Baru, Kanada, Inggris, dan Australia. Semuanya berusia lebih dari 18 tahun.

Dalam survei tersebut, para peneliti mengajukan pertanyaan tentang seberapa sering peserta berlatih setiap pekan, jarak, dan kecepatan latihan mereka. Mereka juga ditanyai apakah telah mengikuti salah satu dari tiga metode latihan atau kombinasi keduanya.

Para peneliti pun mengajukan pertanyaan kepada pria apakah mereka pernah mengalami disfungsi ereksi dan seberapa sering frekuensinya. Lalu meminta wanita untuk menilai kepuasan saat bercinta ditambah seberapa mudah atau sulit bagi mereka untuk terangsang secara seksual.

Pria yang membakar lebih dari 8.000 kalori setiap pekan memiliki risiko lebih rendah mengalami disfungsi ereksi. Para peneliti juga menemukan bahwa pria yang mencatat lebih banyak waktu berolahraga setiap pekan memiliki kemungkinan lebih rendah mengalami disfungsi ereksi.

Para peneliti mengatakan, kehilangan kalori ini sama dengan sekitar 10 jam bersepeda dengan kecepatan 26 kilometer per jam selama sepekan.  Para peneliti mencatat, latihan kardio, entah dengan bersepeda, berlari, atau berenang, dapat membantu meningkatkan gairah seks pria dan wanita. 

"Jadi, selain mendorong semua orang untuk mulai berolahraga seperti yang disarankan oleh studi sebelumnya, studi ini bermanfaat untuk mendorong seseorang aktif berolahraga lebih keras untuk meningkatkan fungsi seksual mereka," demikian kata peneliti, dilansir Insider, Rabu (7/8).

Kendati demikian, ada beberapa peringatan untuk penelitian ini. Peserta bisa saja berbohong atau tidak akurat mencatat seberapa sering mereka mengalami disfungsi ereksi atau ketidakpuasan seksual.***

dilansir: republika.co.id