Pacu Jalur, Tradisi Unik Masyarakat Kuansing yang Mendunia
Cari Berita

Advertisement

Pacu Jalur, Tradisi Unik Masyarakat Kuansing yang Mendunia

Selasa, 09 Juli 2024

Kepala tukang pembuat jalur Kampung Baru Sentajo yang sengaja didatangkan dari luar daerah.


PACU jalur merupakan salah satu pesta rakyat dan warisan leluhur secara turun-temurun dan membudaya di tengah masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).


Adapun sejarah budaya pacu jalur di Kuansing ini berawal sejak abad ke-17. Istilah jalur tersebut merupakan sebuah alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan di sepanjang Sungai Kuantan yakni Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu dan Kecamatan Cerenti di bagian hilir. 


Budaya pacu jalur ini awalnya digelar di kalangan masyarakat kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam. Seiring perkembangan waktu dan zaman, pacu jalur ini digelar guna memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tahunnya.


Di hadapan para tim ekspedisi jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Propinsi Riau di Kuansing, Bupati Kuansing, Suhardiman Amby menceritakan bahwa tradisi pacu jalur di Kuansing ini merupakan icon paling utama sektor pariwisata di Kabupaten Kuansing. Bahkan, tradisi yang sudah mendarah daging yang sudah berusia seratus tahun lebih sudah menjadi kalender pariwisata nasional dan sudah masuk tujuh besar kharisma even nusantara pariwisata Indonesia.


"Saya selaku Bupati dan seluruh masyarakat Kuansing tentunya berharap agar tradisi pacu jalur ini terus terekspos bahkan mendunia dan berharap tahun ini bisa masuk tiga besar kharisma even nusantara pariwisata Indonesia," harapnya.



Di sisi lain bahwa pacu jalur ini merupakan event pariwisata kebanggaan masyarakat Kuansing. Bahkan tradisi perlombaan pacu jalur yang rutin digelar setiap tahunnya menjadi salah satu magnet  luar biasa bagi perantau masyarakat Kuansing di luaran sana. Yang lebih mengejutkan lagi, untuk bisa menyaksikan secara langsung ivent ini, mereka rela untuk bisa pulang kampung dari pada mereka mudik saat perayaan Idul Fitri ataupun Idul Adha.


Adapun gelaran pacu jalur pada bulan Agustus selama lebih kurang hingga 5 hari lamanya dan tergantung pada jumlah kelompok ataupun regu yang ikut bertanding.


Bahkan akhir-akhir ini, pesertanya ada yang datang dari negeri jiran Malaysia. Perlombaan pacu jalur dilaksanakan siang hari dan malam hari ditampilkan kesenian daerah.


Pembuatan Jalur Kampung Baru Sentajo


Kebiasaan yang telah bergulir di tengah masyarakat Kuansing bahwa setiap kampung atau desa wajib memiliki jalur. Dan dianggap sebuah aib ataupun kekurangan jika suatu daerah ataupun desa tidak memiliki jalur. 


Untuk itu, mereka berupa sekuat tenaga untuk dapat mewujudkan jalur dan ikut bertanding setiap tahunnya. 


Demikian yang terlihat saat tim ekspedisi jurnalistik PWI Propinsi Riau melakukan kunjungan ke Desa Kampung Baru Sentajo Kecamatan Sentajo Raya yang saat itu mereka sedang membuat jalur untuk diperlombakan. 


Ketua jalur Desa Kampung Baru Sentajo, Samsuri menceritakan bahwa pekerjaan jalur membutuhkan proses yang panjang. Sebelum membuat jalur, perakitan perahu dimulai dari menebang pohon, maleo atau menarik jalur dan akhirnya membuat jalurnya.


Demikian pula saat pemilihan kayu jalur yang sangat selektif. Biasanya mereka lebih memilih kayu marsawa, kulim, meranti dan banio. Dan saat menebang pohon pun warga melakukan semacam upacara adat.


Tahapan maelo atau menarik merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam tradisi pacu jalur. Dan kekompakan masyarakat amat dibutuhkan agar proses maleo berjalan lancar.


"Sesudah kami tebang pohon, kami melaporkannya kepada Kepala Desa dan Ketua Pemuda, kapan waktunya untuk menarik kayu dari hutan. Yang lebih menakjubkan, sekitar dua ribuan warga ikut meramaikan. Satu hari kayu berhasil keluar dengan dibantu alat dan langsung dibawa ke sini tempat pengerjaan jalur yang sudah ditentukan ini,” ujarnya. 


Di sisi ekonomi, bahwa lomba pacu jalur memberikan dampak positif bagi masyarakat Kuansing. Ini tampat dari kunjungan wisatawan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Karena iven pacu jalur ini memiliki fungsi kultural, edukatif, ideologi, solidaritas sosial dan kekeluargaan.


Untuk itu, Bupati berharap agar pacu jalur ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Dan dirinya sekaligus mengajak pelaku usaha UMKM untuk mengemas produk agar bisa lebih menarik para pengunjung untuk membelinya.


"Mari kita kemas produk yang kita jual semenarik mungkin, agar para pengunjung tertarik untuk membeli berbagai produk-produk UMKM dari masyarakat kita," ajaknya saat pembukaan festival pacu jalur di Tupian Rajo Kecamatan Pangean yang juga sempat disaksikan tim ekspedisi PWI Riau.


Murni, seorang warga sekaligus pedagang di pacu jalur di Kecamatan Pangean mengungkapkan bahwa setiap ada iven pacu jalur, dirinya menyempatkan diri untuk berjualan.


"Alhamdulillah Pak, rezeki saat saya berjualan di pacu jalur ini cukup besar. Kalau tak ada lomba tak besar untungnya. Yang jelas kalau bisa setiap saat ada pacu jalurnya lah,” ujarnya senang. 


Sementara itu, Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuansing, Drs Azhar MM menambahkan bahwa tradisi pacu jalur di Kabupaten Kuansing ini merupakan tradisi yang tak lekang dan melekat bagi masyarakat setempat. Sehingga tradisi pacu jalur menjadi kebanggaan masyarakat Kuansing, baik yang berada di sini dan para perantau yang ada di luar Kuansing.


“Yang lebih menggembirakan bahwa para perantau Kuansing akan pulang setiap ada event pacu jalur. Tahun lalu minat mereka yang menonton pacu jalur secara langsung sangat besar. Bahkan terpantau di medsos hingga tayang 24 juta kali. Ini membuktikan bahwa pacu jalur menjadi daya tarik sendiri bagi mereka yang tidak bisa hadir langsung di gelanggang pacu untuk menonton. Untuk itu, kami juga berharap rekan-rekan wartawan Riau juga bisa membantu mengekspos kegiatan ini hingga mendunia,” pungkasnya. ***