Al-Azhar: Garda Terdepan dalam Menjaga Moderasi Islam
Cari Berita

Advertisement

Al-Azhar: Garda Terdepan dalam Menjaga Moderasi Islam

Sabtu, 06 Juli 2024

Prof. Dr. Yusuf Baihaqi, Lc., M.A.


FAKTOR penting yang menjadikan Islam sebagai agama penutup dan penyempurna dari silsilah agama-agama langit adalah ajarannya yang bersifat moderat. 


Pentingnya secara konsisten, terus-menerus dan tanpa lelah membumikan ajaran Islam yang moderat inilah yang juga disampaikan oleh Grand Syaikh Al Azhar Prof. Dr. Ahmad Tayyib kepada Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi, selaku ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA), cabang Indonesia. 


Terkoyaknya kesatuan sebuah bangsa dan persatuan antar anak bangsa, sebagaimana yang terjadi di sejumlah belahan negara muslim, pada dua dekade belakangan ini, masih menurut Grand Syaikh Al Azhar, sebagaimana yang disampaikannya kepada ketua OIAA cabang Indonesia adalah dikarenakan tercerabutnya nilai-nilai moderasi Islam dari kaum muslimin yang merupakan mayoritas penduduk negara muslim tersebut. Karenanya, menanamkan nilai-nilai moderasi Islam di negeri Indonesia merupakan sebuah keniscayaan.


Ekstremisme dan terorisme merupakan dua sisi mata uang yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Tidak mungkin terjadi aksi teror melainkan berangkat dari sikap ekstrem, sebagaimana sikap ekstrem kerap kali memprovokasi seseorang untuk melakukan aksi teror.


Segala bentuk ekstremisme, baik ekstrem kanan, maupun ekstrem kiri, tidaklah dibenarkan dalam ajaran Islam yang moderat. Dalam konteks bernegara; ajaran Islam pasca kewafatan nabi Muhammad saw tidak lagi mengenal istilah negara agama, di mana perintah pemimpin negara dianggap sebagai titah Tuhan di bumi yang tidak boleh dikritisi apalagi ditolak. Akan tetapi pada sisi lain, Islam pun memerintahkan kita agar ajarannya menjadi spirit yang kerap mengilhami keberlangsungan sebuah negara.


Sebagaimana ekstremisme tertolak dalam ajaran Islam yang moderat, demikian pula terorisme. Dalam ajaran Islam yang moderat, membunuh satu jiwa manusia tanpa pembenar, seakan-akan membunuh umat manusia secara keseluruhan. Bahkan, ancaman neraka diperuntukkan untuk seseorang yang menjadi penyebab terbunuhnya seekor kucing, disebabkan karena dia mengurungnya dan tidak memberinya makan.


Baik ekstremisme maupun terorime, keduanya berseberangan dan bertolak belakang dengan nilai-nilai moderasi Islam, dikarenakan ajaran Islam yang moderat mengajarkan penganutnya untuk bersikap toleran dengan sesama manusia. Ajaran Islam yang moderat melarang keras melakukan pemaksaan dalam beragama, walaupun kebenaran mutlak dalam bentuk ajaran tauhid dikenal dalam Islam. 


Toleransi dalam keberagaman tentunya lebih diajarkan lagi dalam ajaran Islam seputar perbedaan yang tidak masuk dalam ranah keimanan, Dimana sangat mungkin sekali kebenaran dalam hal ini tidak bersifat tunggal, sebagaimana yang diperlihatkan oleh Rasulullah saw, Ketika beliau membenarkan para sahabatnya, baik yang melaksanakan shalat asar di perkampungan bani Quraizhah, maupun yang melaksanakannya di perjalanan menuju perkampungan bani Quraizhah. 


Walaupun perintah Rasulullah saw kepada mereka sangatlah jelas; “Janganlah seorang diantara kalian melaksanakan shalat ashar, kecuali di perkampungan bani Quraizhah.”     


Pada sisi lain, ajaran Islam yang moderat juga mengajarkan penganutnya untuk bersikap adil, tidak saja dengan yang seiman, bahkan dengan yang tidak seiman sekalipun. Janganlah hanya dikarenakan ikatan keimanan yang sama, kemudian kita melakukan praktek kezaliman terhadap yang tidak seiman. 


Kisah turunnya ayat 105 dalam surah An Nisa’, dimana Allah swt langsung melakukan pembelaan terhadap seorang Yahudi atas ketidakberalahannya dalam kasus pencurian baju perang yang dimiliki oleh seseorang yang bernama Qatadah, dan menginformasikan bahwasannya yang bersalah dan mencuri adalah sosok yang bernama Thu'mah dari kalangan bani Zhafr, menegaskan bahwasannya keadilan dalam Islam bersifat universal, dan harus ditegakkan tanpa melihat agama, bangsa dan sukunya.


Semoga kunjungan Grand Syaikh Al Azhar ke Indonesia yang direncanakan pada tanggal 8-11 Juli 2024 memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dengan Al Azhar, khususnya dalam membumikan nilai-nilai moderasi Islam di negeri Indonesia, dikarenakan hanya dengan menghadirkan Islam moderat, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan persatuan antar sesama anak bangsa Indonesia dapat diwujudkan, dijaga dan dilestarikan. ***


Penulis adalah Guru Besar UIN Raden Intan Lampung.