Rumah Sunting Tampilkan 'Semah Tanah', Jelajah Budaya dan Literasi Konservasi ke NTT
Cari Berita

Advertisement

Rumah Sunting Tampilkan 'Semah Tanah', Jelajah Budaya dan Literasi Konservasi ke NTT

Minggu, 12 Mei 2024

Tim KSB Rumah Sunting bersama Tim BBKSDA NTT sebelum kegiatan Jelajah Budaya dan Konservasi Literasi di Ruteng Kabupaten Manggarai, NTT. ist


NUSA TENGGARA TIMUR, PARASRIAU.COM - Komunitas Seni Budaya (KSB) Rumah Sunting asal Pekanbaru, Riau melaksanakan misi kebudayaan ke tanah timur, tepatnya Nusa Tenggara Timur, 2 hingga 11 Mei 2024. Kegiatan ini terlaksana berkat kolaborasi antara KSB Rumah Sunting dengan Komunitas PuitikNature Lamahala, Adonara, Flores Timur, di bawah pimpinan penyair Bara Pattyradja. 


Dalam menjalankan misi kebudayaan yang diberi nama Panggung Budaya, Diskusi Seni Pertunjukan dan Jelajah Budaya ini, KSB Rumah Sunting didukung Kemendikbudristek, Dana Indonesia dan LPDP. Dukungan juga datang dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui BBKSDA NTT, TN Kelumutu dan TN Komodo dalam Jrlajah Alam dan Budaya yang diakhiri dengan kegiatan Literasi Konservasi. 


Pimpinan sekaligus Pembina KSB Rumah Sunting, Kunni Masrohanti, menjelaskan, misi Kebudayaan ke tanah timur khususnya NTT ini tidak akan berjalan sempurna tanpa dukungan banyak pihak. 


""Terima kasih kepada sahabat Barra Battyradjha yang mengundang kami untuk berkolaborasi bersama dalam Panggung Budaya yang juga menghadirkan Yayasan Jepang, Sakuranesia. Berkat undangan itulah kami mendapat dukungan perjalanan budaya dari Kemendikbudristek melalui Dana Indonesia, khususnya untuk transportasi udara berangkat dan kembali pulang ke Pekanbaru. Lalu, perjalanan budaya, yakni menjelajahi alam dan budaya selama 10 hari ini tidak akan selesai kami laksanakan tanpa keterlibatan KLHK khususnya BBKSDA Kupang, TN Kelimutu dan TN Komodo. Berkat mereka, Jelajah Alam dan Budaya yang kami sandingkan dengan Literasi Konservasi, selesai kami laksanakan hingga tuntas, dari Larantuka hingga Labuan Bajo melalui jalur darat,” kata Kunni. 


Selain Kunni ada lima anggota Rumah Sunting yang ikut dalam perjalanan ini, yakni Siti Salmah, Muhammad Ade Putra, Butet, Syamsir dan Yosi Eka Putra. Mereka berangkat dengan peran masing-masing yang telah ditetapkan sejak awal. 


Panggung Budaya di Lamahala


Dijelaskan Kunni, kegiatan Panggung Budaya di Lamahala, Kecamatan Adonara, dilaksanakan tanggal 4 hingga 5 Mei dan keberangkatan dari Pekanbaru tanggal 2, mengingat perjalanan yang jauh, empat kali naik pesawat udara dan transit yang sangat lama. 


Pada Panggung Budaya yang dilaksanakan di halaman Bale Adat Lamahala,, Rumah Sunting menampilkan kolaborasi seni yang diberi judul Semah Tanah, yakni sebuah puisi teatrikal tentang proses merawat kampung di Provinsi Riau. 


Malam itu berbagai pertunjukan seni juga ditampilkan oleh seniman-seniman lokal, juga melibatkan anak-anak sekolah mulai TK hingga SMA. Ada tari, pembacaan puisi, monolog, dan musik. 


Pertunjukan Seni dan Budaya juga sangat dirasakan Kunni dan tim KSB saat kunjungan di beberapa lokasi baik di sekolah atau saat ketibaan di Bale Adat disambut dengan Tarian Hedung yang menampilkan seluruh tokoh adat di Lamahala. 


Diskusi


Diskusi dalam kegiatan Panggung Budaya ini dilaksanakan hampir di setiap titik kegiatan, baik di Lamahala maupun tempat-tempat yang menjadi lokasi Jelajah Budaya hingga ke Labuan Bajo. Di Lamahala, Diskusi dilaksanakan di halaman terbuka dengan laut dan Pulau Lembata serta Pulau Solor sebagai latar belakang. 


Dalam kegiatan Diskusi di Lamahala ini melibatkan beberapa pembicara, antara lain, Bara Pattyradja, Kunni Masrohanti, yang dimoderatori oleh Siti Salmah. Sedangkan peserta Diskusi yakni seniman budayawan dan komunitas-komunitas seni di Lamahala. 


Jelajah Budaya


Jelajah Budaya dimulai dari Desa Lamahala. Diawali dengan berkunjung ke Rumah Tenun Ibu Nurbaya di Lamahala dan Ziarah Makam Kapitan Lingga. 


Di Rumah Tenun, seluruh tim KSB Rumah Sunting belajar, menggali, dan mencatat tentang tenun, khususnya peran perempuan dan makna atau filosofi di balik tenun itu sendiri. 


Selesai kegiatan di Lamahala, Jelajah Budaya kemudian disandingkan dengan Konservasi Literasi yang didukung penuh oleh KLHK khususnya BBKSDA NTT, TN Kelimutu dan TN Pulau Komodo. 


Maka, perjalanan Jelajah Budaya, singgah di TN Kelimutu, Moni, Kabupaten Ende. Di sini, selain menjelajahi keindahan alam Kelimutu dan budaya masyarakat Lio dan Ende di sekitar Kelimutu, juga dibuat diskusi kecil-kecilan bersama masyarakat adat dan tim Balai TN Kelimutu yang mendampingi selama kegiatan berlangsung. 


Dari TN Kelimutu, Moni, perjalanan Jelajah Budaya dilanjutkan ke Kota Ende yang berjarak sekitar tiga jam. Di sini, tim Rumah Sunting mengunjungi situs sejarah landmark dan tempat perenungan Bung Karno. 


Selesai di Ende dan memginap di sana, waktu melanjutkan perjalanan menuju Bajawa Kabupaten Ngada. Di sini, tim mengeksplorasi keindahan alam dan budaya Bajawa. Sebagian besar tim naik gunung Inerie, sebagian tinggal dan berdiskusi dengan masyarakat adat Bena serta para pengusaha kopi di Bajawa. Tim Rumah Sunting masih didampingi tim dan BBKSDA NTT yang dipimpin langsung Kepala Seksi Wilayah IIIi, Yance. 


Dari Desa Adat Bena, Bajawa, Kabupaten Ngada, tim menuju Ruteng, singgah di resort BBKSDA dan berlanjut ke desa adat Waerebo, Kabupaten Manggarai. Karena tiba di lokasi sudah kesorean, tim yang didampingi tim BBKSDA NTT memutuskan untuk menginap di desa terdekat dengan Waerebo, dan paginya menuju Waerebo dengan berjalan kaki. 


Sama halnya di desa adat Bena, di Waerebo tim juga menggali kekayaan alam dan budaya yang ada di sana, termasuk filosofi rumah adat, simbol-simbol yang ada, hingga tradisi serta kekayaan sastra lisannya. 


Dari Waerebo, tim melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat untuk menjelajahi kekayaan budaya masyarakat suku Bajo di Dusun Bajo, Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca. Tim Rumah Sunting kali ini didampingi oleh tim TN Komodo yang dipimpin langsung Kasi Wilayah II, Lukman Hidayat. 


Perjalanan Kebudayaan yang dibungkus dalam kegiatan Panggung Budaya dan Jelajah Budaya bersanding dengan Literasi Konservasi ini, kata kunni, mundur dari jadwal yang sesungguhnya. 


"Harusnya program Panggung Budaya ini dilaksanakan tanggal 27 April hingga 5 Mei sesuai proposal yang kami sampaikan ke Kemendikbudristek, tapi karena Dana Indonesiana baru kami terima tanggal 2 Mei, maka kegiatan kami sesuaikan dengan turunnya anggaran, termasuk perjalanan Jelajah Budaya via jalur darat dari Adonara- Larantuka hingga Labuan Bajo . Tentu kami berkomunikasi secara intens dengan panitia Panggung Budaya di Lamahala serta pihak kementerian. Bahkan anggaran baru turun saat di hari perjalanan kegiatan ini sudah kami mulai,” jelas Kunni. 


Secara khusus Kunni mengucapkan terima kasih kepada KLHK melalui BBKSDA NTT, TN Kelimutu dan TN Komodo yang mendukung penuh kegiatan Jelajah Budaya yang dikemas dalam Literasi Konservasi tersebut. 


Kalau tidak ada teman-teman dari BBKSDA NTT, TN Kelimutu dan TN Komodo, misi Kebudayaan dan Jelajah Alam serta Budaya ini tidak akan terjadi. Terimakasih Pak Arief selaku Kepala BBKSDA NTT yang mengarahkan dan mengkoordinir waktu untuk mendukung kegiatan kami ini sehingga berjalan lancar. Apalagi begitu tiba di Kupang, kami langsung bisa berkegiatan Konservasi Literasi di Kantor BBKSDA Kupang bersama anak-anak milenial di sana,” sambung Kunni. 


Perubahan jadwal kegiatan Panggung Budaya, Diskusi, dan Jelajah Budaya ini juga disampaikan Ketua Panitia Panggung Budaya di Lamahala, Bara Pattyradja. Kata Bara, semua kegiatan disesuaikan dengan kedatangan tim KSB Rumah Sunting, khususnya Jelajah Budaya. 


“Harusnya kegiatan diawali dengan Jelajah Budaya, yakni dari tanggal 27 April hingga 3 Mei. Tapi karena kendala lambatnya turun anggaran sehingga memperlambat ketibaan tim Rumah Sunting, Jelajah Budaya kita pindah ke belakang, yakni setelah puncak Panggung Budaya tanggal 4 dan 5 Mei,” kata Bara pula. (*/pr2)