BKKBN Bekali Penguatan dan Pencatatan Pendampingan Ibu Hamil dan Pasca Persalinan TPK se Riau
Cari Berita

Advertisement

BKKBN Bekali Penguatan dan Pencatatan Pendampingan Ibu Hamil dan Pasca Persalinan TPK se Riau

Kamis, 07 Maret 2024

Kepala Perwakilan BKKBN Riau, Dra Hj. Mardalena Wati Yulia berfoto bersama peserta TPK se Riau., Kamis (7/3) di Grand Central Hotel Pekanbaru


PEKANBARU, PARASRIAU.COM - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Riau menggelar kegiatan Penguatan dan Pencatatan Pelaporan Pendampingan Ibu Hamil dan Ibu Pasca Persalinan, bagi Tim Pendamping Keluarga (TPK) se propinsi Riau. Kegiatan ini sebagai upaya pemerintah dalam rangka penurunan angka stunting di propinsi Riau.


Kegiatan yang dilaksanakan 6-8 Maret yang dilaksanakan di Grand Central Hotel ini gelar secara hybrid, dengan menghadirkan narasumber dari Bappedalitbang propinsi Riau dan juga psikolog Riau, Yunita yang membahas terkait permasalahan stunting.


Narasumber dari Bappedalitbang, Heriyanto memaparkan bahwa upaya mengatasi stunting sangat penting. Karena bayi saat ini adalah masa depan Indonesia di tahun 2045. Apalagi di tahun 2045, Indonesia berpotensi menempati posisi 4 besar ekonomi dunia. Untuk itu, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang sehat, kuat, berpikiran cerdas dan bisa melanjutkan proses pembangunan.

Stunting merupakan program prioritas nasional. Dalam mengimplementasikan 5 pilar strategi nasional dan upaya manajerial Pemda dalam percepatan penurunan prevalensi stunting, Kemendagri menerapkan 8 aksi konvergensi sebagai instrumen pembinaan dan pengawasan.

Pilar pertama yaitu komitmen dan visi kepemimpinan, pilar kedua komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat, pilar ketiga konvergensi intervensi spesifik dan sensitif, pilar keempat ketahanan pangan dan gizi serta pilar kelima sistem, data, informasi, riset dan inovasi.

Saat ini, Posyandu yang aktif baru 58 persen. Angka ini tergolong sangat sedikit. Kemudian, banyak di desa, proses perencaan di Musrenbang, banyak Karang Taruna, PKK, Kelompok Tani dan sebagainya yang kurang terlibat di Musrenbang tingkat desa. Kebanyakan yang hadir hanya RT RW dan perangkat desa.

"Sementara, masalah yang ada di desa, salah satunya stunting, harus tersampaikan dalam Musrenbang," ungkapnya. Padahal semestinya, sebelum Musrenbang dilakukan setelah dilakukannya Rembuk Stunting di tingkat desa. Begitunya untuk di tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi, Musrenbang juga harus diawali dengan Rembuk Stunting.


Namun nyatanya, ada beberapa kabupaten/kota yang melakukan Rembuk Stunting setelah Musrenbang. Akhirnya, hanya menjadi seremonial. Masalah yang diketahui dalam rembuk juga akhirnya tidak tersampaikan dalam Musrenbang.


Sementara, Psikolog, Yunita memaparkan gangguan psikologi yang dihadapi ibu pada masa persalinan. Seperti kecemasan, ketakutan, sikap pasif, hipermaskulinitas, hiperaktif dan halusinasi hipnagonik (terjadi saat persalinan). Bahkan, permasalahan ini terkadang dianggap biasa oleh masyarakat.


Karena itu, Yunita menilai penting bagi Tim Pendamping Keluarga (TPK) melakukan pendataan dan pendampingan pada ibu hamil dan ibu pasca persalinan. Sehingga, potensi gangguan psikologis pada mereka dapat terpantau kemudian dilakukan upaya intervensi.


Kemudian, berdasarkan penelitian Health Collaboration Center di Indonesia, enam dari 10 ibu menyusui tidak bahagia. Anak yang terlahir dari ibu dengan stres post patrum diketahui sebanyak 26 persen mengalami stunting. Untuk itu perlu dilakukan skrining untuk mengidentifikasi dan memantau gangguan psikologis pasca persalinan oleh penyedia layanan kesehatan.


Kepala BKKBN Riau, Mardalena Wati Yulia, menyampaikan bahwa kegiatan ini melibatkan seluruh Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang jumlahnya mencapai 10.674 orang. Karena jumlah yang banyak, dan jumlah keluarga resiko stunting juga banyak maka perlu diberikan pemahaman. 


Dia menegaskan, tugas TPK bukan hanya sangat mulia namun juga berat dalam mengentaskan generasi masa depan terhadap risiko stunting. Untuk itu BKKBN berterima kasih kepada para TPK yang sudah berjibaku melakukan pendampingan, screening, penyuluhan, KIE dan fasilitasi kepada kelompok-kelompok sasaran yang berisiko stunting dengan honor yang sangat minimalis.


Dia juga berharap, lewat kegiatan ini TPK aktif mengumpulkan data dan laporan terkait pendampingan ibu hamil dan ibu pasca persalinan melalui aplikasi elsimil. Sehingga, jika ada masalah yang dialami, dapat segera dilakukan intervensi. (Nie)