Duka Ibu Soimah dan Keluarganya Juga Duka Seluruh Gontor
Cari Berita

Advertisement

Duka Ibu Soimah dan Keluarganya Juga Duka Seluruh Gontor

Selasa, 06 September 2022


Hariqo Wibawa Satria


PEKANBARU, PARASRIAU.COM - Santri Gontor itu, jangankan memukul, mem-bully juga diusir. Larangan perundungan dan sanksinya ini dibacakan saat saya jadi santri baru tahun 1993.


Santri yang menghina fisik, SARA, dan lain-lain bisa dikeluarkan dari Gontor, apalagi menganiaya hingga hilangnya nyawa. Di grup-grup percakapan Gontor yang saya ikuti, semua sangat berduka dan menyayangkan meninggalnya adik kita Almarhum AM yg diduga dianiaya santri senior.


Seluruh Gontorian merasakan kesedihan dan beban keluarga Almarhum AM. Mereka menyebar pernyataan dari halaman FB Ibu Soimah (Ibu kandung Almarhum AM) diiringi keprihatinan dan doa.


Sebelumnya 4000 santri Gontor, salat jenazah di depan Almarhum AM. Salat gaib juga dilaksanakan ribuan santri dan alumnus, mendoakan Almarhum AM dan keluarganya.


Ketika bermunculan akun-akun medsos yg mengkritik, menghujat Gontor. Saya menyaksikan tidak ada sama sekali arahan dari pimpinan Gontor dan para ustaz untuk membela Gontor.


Sebaliknya Para Pimpinan Gontor justru meminta Juru Bicara untuk langsung menyampaikan permohonan maaf secara terbuka, menghormati keluarga korban, mengakui adanya penganiayaan, dan siap mengikuti seluruh proses hukum, dan Gontor sudah melaporkan kepada pihak Kepolisian.


Bagi Para Pimpinan Gontor, lebih baik kehilangan nama baik Gontor yang dibangun selama 96 tahun, daripada kehilangan seorang santrinya. Air mata Pimpinan Gontor selalu mengalir ketika ada santrinya yang meninggal dunia.


Salah satu ajaran Gontor yang saya pahami adalah tidak boleh 'taassub' (fanatik), termasuk fanatik kesukuan, sebab itu dilarang berkumpul dengan teman sedaerah, tidak boleh ada asrama khusus daerah, provinsi tertentu. Semua merayakan keberagaman.


Dilarang fanatik ormas, bahkan fanatik terhadap Gontor itu sendiri. Santri diminta untuk berjiwa bebas dan hanya boleh fanatik pada kebenaran, fanatik pada kepentingan nasional.


Untuk itu, seperti arahan para Kiai Gontor, kita mendukung proses hukum yang sedang berlangsung. Santri senior yang terbukti melakukan penganiayaan harus diproses sesuai hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Ibu Soimah dan keluarganya wajib mendapatkan keadilan, dan perbaikan harus dilakukan di Gontor. Siap dievaluasi dan siap berbenah adalah karakter utama Gontor.


Kita percaya pada aparat penegak hukum, apa pun hasilnya Ibu Soimah dan seluruh keluarganya akan tetap jadi keluarga besar Gontor, sampai kapan pun juga. (*)


Penulis adalah Alumni Gontor tahun 1999 yang juga sebagai Direktur Eksekutif Komunikonten.