Ukir Sejarah, Alumni Gontor 692 Country Napak Tilas ke Perguruan Thawalib Padangpanjang
Cari Berita

Advertisement

Ukir Sejarah, Alumni Gontor 692 Country Napak Tilas ke Perguruan Thawalib Padangpanjang

Senin, 27 Juni 2022

 

Prof DR Husnan Bey Fananie dan DR Alimin saat menerima cendera mata yakni buku sejarah tentang berdirinya Perguruan Thawalib Padangpanjang dari Pimpinan Yayasan Thawalib di aula Dr. Abdul Karim Amrullah, Komplek Perguruan Thawalib Padangpanjang dalam kunjungan napak tilas yang diselenggarakan oleh alumni Gontor 692 Country yang berjumlah sekitar 350-an orang dari berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri. ist


PADANGPANJANG, PARASRIAU.COM - Sebanyak 350-an alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur angkatan 692 (alumni Country), Sabtu (25/6) siang mengadakan kegiatan napak tilas di Perguruan Thawalib Padangpanjang. Kegiatan napak tilas yang baru kali pertama dilakukan oleh seluruh alumni Gontor tersebut bertujuan untuk mengenang kembali tempat Kiyai Imam Zarkasyi yang merupakan Tri Murti pernah nyantri di Perguruan Thawalib pada tahun 1930-an.


Kehadiran ratusan alumni Gontor angkatan tahun 1992 yang disebut Country’92 dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia bahkan Luar Negeri ini diterima langsung oleh pengurus Yayasan Thawalib di aula Dr. Abdul Karim Amrullah, Komplek Perguruan Thawalib Padangpanjang dengan rombongan yang dipimpin langsung oleh Prof DR Husnan Bey Fananie yang juga Sekretaris Badan Wakaf Pondok Modern Gontor juga mantan Dubes RI di Azerbaijan.


Suasana agenda Napak Tilas di dalam  aula Dr. Abdul Karim Amrullah, Komplek Perguruan Thawalib Padangpanjang yang penuh keakraban. ist


Ketua Umum Yayasan Thawalib Abrar pada kesempatan itu mengatakan, kedatangan ratusan alumni Gontor 692 ini mengadakan kegiatan napak tilas di Perguruan Thawalib sebagai wujud nyata bagaimana kuatnya hubungan emosional antara Perguruan Thawalib dengan Pondok Modern Darussalam Gontor.


“Kedatangan ratusan alumni Gontor dari berbagai daerah di Indonesia adalah wujud nyata bagaimana ikatan emosional antara Perguruan Thawalib dengan Pondok Modern Darussalam terjalin dengan kuat. Hal ini sesuatu yang patut disyukuri,” ujarnya.


Menurut Abrar, kegiatan napak tiilas yang dilakukan alumni Gontor sangat bermakna mengenang kembali bagaimana salah seorang pendiri Pondok Modern Darussalam Kiyai Imam Zarkasyi pernah belajar di Perguruan Thawalib pada tahun 1930-an.


“Di saat Kiyai Imam Zarkasyi yang dari Jawa Timur belajar di Perguruan Thawalib pada waktu itu adalah masa kejayaan Perguruan Thawalib dengan santrinya hampir mencapai 1.300 orang yang datang dari seluruh daerah Indonesia bahkan luar negeri,” jelasnya.


Meskipun Kiyai Imam Zarkasyi pada waktu itu belajar di Perguruan Thawalib hanya selama dua tahun, kata Abrar, namun ikatan hubungan emosional antara Perguruan Thawalib dengan Pondok Modern Darussalam Gontor melampaui masanya dan terjalin sampai saat ini. Bahkan, Gontor yang didirikan oleh Kiyai Imam Zarkasyi berkembang pesat.


Sementara itu, Prof DR Husnan Bey Fananie, pimpinan rombongan alumni Gontor 692 mengatakan, kehadiran mereka ke Perguruan Thawalib adalah ingin mengingat kembali bagaimana Kiyai Imam Zarkasyi pernah bersekolah di Perguruan Thawalib. “Aura pesantren ini sebagai sekolah mencerdaskan umat sangat terasa ketika kami memasuki kompleks Perguruan Thawalib. Perguruan Thawalib merupakan pesantren di Sumatera Barat yang memberikan kontribusi besar dalam pendidikan Islam,” katanya.


Dijelaskannya, Bey Fananie yang merupakan putra dari Kiyai Zainudin Fanani (saudara dari Kiyai Imam Zarkasy) menyampaikan rasa haru karena kedatangan rombongan alumni Gontor diterima dengan penuh suka cita di Perguruan Thawalib yang didirikan oleh para alim ulama Minangkabau.


Perwakilan dari Alumni Gontor 692 Country, DR Alimin menyampaikan bahwa kegiatan napak tilas ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh seluruh alumni Gontor. "Alumni Gontor 692 Country sengaja mengadakan agenda ini karena kami ingin mengenang bagaimana sejarah almarhum Kiyai Imam Zarkasyi sampai mengenyam pendidikan di Perguruan Thawalib ini. Dan kebetulan memang pusat kegiatan Taqohnas ke-5 (silaturahmi alumni Gontor 692 Country) dipusatkan di Ponpes Tawalib Gunuang di bawah Pimpinan Ustadz H Mahfuz Mustia, Lc yang juga merupakan alumni Gontor 692 Country," ujarnya.


Ditambahkannya, saat ini alumni Gontor 692 Country tersebar di seluruh wilayah Indonesia termasuk luar negeri dan profesinyapun beragam. Begitu juga sudah banyak yang mendapatkan gelar Doktoral, namun belum ada yang mendapatkan gelar Profesor. "Untuk itu, kami meminta kepada pimpinan Gontor dan para Kiyai untuk dapat menasehati dan memberikan semangat kepada kami agar kami dapat meraih gelar Profesor," pintanya.


Dalam keseharian, lanjutnya, alumni Gontor 692 Country saat berkomunikasi kerap menggunakan istilah-istilah yang tidak dapat dipahami orang lain selain hanya sesama angkatan saja. Seperti kata 'Al, Yahanu Al, Nyut Jiddan, Yahanu Nyut dan banyak lagi istilah lainnya. "Angkatan kami ini memang tergolong makhluk aneh dan punya istilah yang aneh-aneh yang tak dapat dipahami oleh orang lain. Jadi maklum saja jika orang lain terheran-heran dan bingung saat mendengarkan kami bercengkrama. Jadi mohon dimaafkan kami jika bertingkah yang aneh-aneh," ujarnya disambut tawa para seluruh hadirin. 


Dalam acara napak tilas tersebut, Sekretaris Umum Yayasan Thawalib Irwan Natsir, juga memaparkan bagaimana Kiyai Imam Zarkasyi sampai belajar di Perguruan Thawalib. “Kisah Kiyai Zarkasyi kami tulis lengkap bagaimana perjalanan beliau dari Jawa Timur datang ke Padangpanjang bersekolah di Perguruan Thawalib dalam buku Sejarah Perguruan Thawalib yang diterbitkan Yayasan Thawalib,” jelasnya.


Kedatangan Kiyai Imam Zarkasyi belajar di Perguruan Thawalib (dulu disebut Sumatera Thawalib) pada saat Thawalib dipimpin oleh Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim dan setelah Padangpanjang mengalami gempa bumi yang sangat dahsyat. “Tahun 1930-an tersebut Thawalib dipimpin oleh Tuanku Mudo Abdul Hamid yang menggantikan Syekh Abdul Karim Amrullah (Ayah dari Buya Hamka) yang mana para santrinya pada masa itu dari berbagai daerah dan termasuk masa yang gemilang,” ujarnya.


Dalam acara napak tilas tersebut, Pengurus Yayasan Thawalib menyerahkan buku Sejarah Perguruan Thawalib kepada Prof DR Husnan Bey Fananie dan Ketua Alumni Gontor Sumatera Barat DR Alimin. Sementara alumni Gontor 692 Country menyerahkan cenderamata berupa dua meja tenis meja.

Acara napak tilas yang dilaksanakan penuh suasana kekeluargaan itu juga mendengarkan uraian tentang profil Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim yang disampaikan oleh putrinya Emma Hamid. pr2


Penulis: M Ikhwan