SEACHA Pilih Siak Sebagai Role Model Manajemen Heritage, Komunitas: Everyone Can be A Hero
Cari Berita

Advertisement

SEACHA Pilih Siak Sebagai Role Model Manajemen Heritage, Komunitas: Everyone Can be A Hero

Kamis, 24 Juni 2021


  

SIAK, PARASRIAU.COM - Southeast Asian Cultural Heritage Alliance (SEACHA) atau aliansi kota pusaka Asia Tenggara bekerjasama dengan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) menunjuk Kota Siak sebagai role model untuk pengembangan management heritage clinic program. Siak dianggap kabupaten paling proaktif dalam melestarikan cagar budaya di Asia Tenggara. 

 

Ketua Komunitas Heritage Hero, Cindy Shandoval menerangkan, sebenarnya ada 2 kota yang ditunjuk menjalankan program klinik ini di Asia Tenggara, Siak di Indonesia dan Kota Phrae di Thailand. Siak dan Phrae dianggap sudah berhasil dalam melaksanakan manajemen haritagenya. 

 

“Kita setiap bulan dicoaching dengan berbagai program untuk melakukan manajemen heritage. Dalam perjalanannya, kota Phrae mundur dan kita terus berkolaborasi dengan pemerintah,” kata Cindy, arkeolog lulusan UGM tersebut, Kamis (24/6/2021).

 

Kolaborasi pemerintah dengan komunitas ini menghasilkan banyak produk serta mampu menyelesaikan banyak hal hingga tahap ini. Itu menjadi dasar Siak sebagai kabupaten percontohan. Prof Johanes Widodo, Architectural and Urban Heritage (Associate Proffesor in National Unviersity of Singapore) menyebut, kota yang berhasil membuat manajemen heritage di ASEAN barulah Siak. “Beliau mengatakan nanti akan banyak orang yang bisa belajar ke Siak,” sebut Cindy. 

 

Saat ini komunitas Heritage Hero yang diisi oleh para anak muda kreatif dan akademisi berkolaborasi dengan Pemkab Siak sedang melakukan cultural mapping. Keberhasilannya dalam manajemen heritage berkat dukungan pemerintah kabupaten Siak memberi ruang seluas -luasnya untuk melakukan kegiatan pelestarian.

 

“Dalam proses ini yang paling utama untuk manajemen heritage itu adalah masyarakatnya, dari Siak untuk Siak. Jadi kegiatan yang sudah kita lakukan untuk itu setidaknya ada 3 yakni offline, online dan kegiatan bersama tim,” beber Cindy. 

 

Pada 28 Maret 2021 lalu, ia menggelar heritage fun ride. Kegiatan offline tersebut merupakan pengenalan kota terhadap masyarakat, pengenalan cagar budaya dengan cara lebih mudah, yakni bersepeda.

 

“Pada masa pandemi ini masyarakat di kota Siak banyak bersepeda. Kami memanfaatkan masa pandemi ini untuk kegiatan bersepeda sambil mengenalkan cagar budaya kepada masyarakat. Kami tidak mengenalkan dengan cara berat tetapi dengan cara fun, bersepeda, mengadakan kuis dan lain- lain,” kata dia.

 

Setelah bersepeda, peserta mengetahui lokasi daerah cagar budaya. Kemudian ia melaksakanan game seru seperti membuat peta buta dengan titik 0 istana Siak.

 

Mendukung kegiatan ini, Komunitas Heritage Hero melahirkan tagline: overyone can be a hero. Tagline ini dikampanyekan secara masif untuk mendapatkan dukungan luas dari masyarakat agar semua orang bergerak melakukan kegiatan pelestarian. 

 

“Setiap orang bisa jadi pahlawan untuk kotanya sendiri, sekecil apapun yang dilakukan untuk melestarikan dan mengenali kotanya, untuk kota ini kamu adalah pahlawannya,” kata Cindy. 

 

Pada kegiatan bersepeda itu, Komunitas Heritage Hero berhasil mengumpulkan 142 orang yang mulai peduli dengan cagar budaya di kota Siak.  

 

Komunitas ini menyadari, pada masa pandemi Covid 19 ini wisatawan tidak datang ke Siak. Karena itu mereka membuat kegiatan City Tour atau jelajah virtual. Ternyata diikuti oleh 112 orang se Indonesia. Pada kegiatan ini mereka kolaborasi dengan komunitas sketsa se Indonesia. 

 

“Peserta ini mengsketsa apa yang dilihatnya selama virtual berlangsung dan kita kasih hadiah untuk sketsa terbaik. Ini pesertanya ada dari Balikpapan, Bandung dan lain-lain,” katanya. 

 

Komunitas Heritage Hero ini juga sedang membuat   cultural mapping, memetakan potensi budaya yang ada di Siak. Hal ini berangkat dari keyakinannya, heritage tersebut bukan hanya bangunan, tetapi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Cultural mapping ini dilaksanakan secara kolaborasi dengan Dinas PU Tarukim Siak. 

 

“Cultural mapping ini kita membuat big data. Kita  memanfaatkan aplikasi My Map, kita saat ini memetakan sekitar 111 data budaya. Ada di sana aktifitas budaya, bangunan bersejarah yang pernah ada sebelumnya namun saat ini sudah tidak ada karena dinamika pembangunan, yang penting ada narasi tentang hal itu,” jelasnya.

 

Data ini disimpan secara digital sehingga tidak akan hilang. Cultural mapping ini membangkitkan memori kolektif masyarakat Siak, sehingga masyarakat merasakan kembali masa lalu kota ini yang dekat dengan dirinya. 

 

“Kita petakan juga heritage environment, ternyata di Siak ada pohon durian yang puluhan tahun bahkan ratusan tahun usianya. Selain itu ada juga ruang terbuka hijau dan lain sebagainya. Memang belum seluruhnya terpetakan, tetapi inilah yang harus kita lakukan terus menerus,” ujarnya.

 

Cindy menambahkan, dalam kegiatan cultural mapping pihaknya tidak hanya memetakan tetapi juga membangun narasi dari setiap yang telah dipetakan. Kegiatan membangun narasi tersebut akan dimulainya Juli 2021, dengan melakukan penelitian dan survey, serta wawancara. 

 

“Wawancara ini kita lakukan dengan berbagai latar belakang nara sumber,  baik umur, pekerjaan, suku dan agama,  sehingga kita dapatkan dinamika bagaimana masyarakat tersebut memandang arti penting kotanya sendiri,” urai Cindy. 

 

Diketahui, SEACHA adalah jaringan organisasi masyarakat sipil Asia Tenggara yang bergerak di bidang konservasi warisan budaya. Jaringan ini berusaha untuk mempromosikan kemitraan pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan warisan budaya secara efektif.

 

Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) kabupaten Siak Irham Temas menyupport komunitas Heritage Hero tersebut. Menurutnya, kolaborasi komunitas dengan pemerintah adalah fundamental untuk menjadikan kota ini sebagai role model heritage city. 

 

“Tentu saja kami mempunyai komitmen yang tinggi mendukung Siak menjadi percontohan di Asia Tenggara terkait manajemen heritage dalam program SEACHA dan BPPI ini,” kata dia. 

 

Kepala Dinas PU Tarukim Siak Ir H Irving Kahar Arifin M Eng mengatakan, SEACHA dan BPPI menginisiasi program ini karena masa pandemi Covid 19 ini membuat orang tidak berwisata kemana-mana. SEACHA bersama BPPI membuat program manajemen klinik yang  mengambil sampel di kota-kota di Asia Tenggara. Kemudian dilaksanakan perengkingan maka terpilihlah Siak. 

 

“Sebab Siak dianggap berhasil dan proaktif dalam melestarikan bangunan cagar budaya, seperti sudah merevitalisasi bangunan cagar budaya dari sumber dana APBD, APBN dan CSR. Pemkab Siak berani melaksanakan program yang non populis ini karena memang ingin melestarikan cagar budaya,” kata dia.

 

Menurut Irving, alasan tersebut membuat BPPI memilih Siak sebagai salah satu pilot project pada program SEACHA ini. Paling utama yang diharapkan adalah cagar budaya ini harus punya komunitas yang cinta haritage. 

 

“Kebetulan komunitas Heritage Hero yang ada di Siak yang punya konsentrasi di sana, baik secara keberminatan maupun secara disiplin ilmu personelnya,” kata dia.

 

Menurut Irving, pariwisata ini adalah industri hilir yang akan berkembang terus. Persoalan ini juga menjadi konsentrasi presiden Jokowi untuk membangkitkan ekonomi masyarakat Indonesia. Sementara Siak mempunyai aspek sejarah yang bisa dikembangkan untuk industri wisata tersebut.

 

“Kita melihat di negara maju seperti Paris, Roma dan lain-lain yang maju sektor wisatanya karena yang mereka unggulkan adalah sejarah. Ini membuat kita tertarik dan kenapa tidak untuk melakukannya juga di Siak,” ungkapnya.

 

Ia membeberkan, upaya yang dilakukan bersama komunitas Heritage Hero ini untuk mengangkat nama baik Siak dan membangkitkan kejayaan Siak seoptimal mungkin. Ini berawal dari kegiatan-kegiatan yang membuat masyarakat mencintai kotanya sendiri. 

 

“Tentu dengan cara mengenalkan kota ini kepada masyarakatnya, baik dari aspek budayanya atau sejarahnya,” kata Irving. 

 

Sementara itu, Bupati Siak Alfedri  mengapresiasi program SEACHA bersama BPPI yang telah memilih Siak sebagai role model untuk manajemen heritage. 

 

Apalagi yang diangkat adalah heritage city yang dilihat bukan hanya dari sisi fisik tetapi juga dari semua aspek kehidupan masyarakat. 

 

“Semua itu untuk kita kembangkan dan manfaatkan demi pelestarian budaya Melayu. Hilirisasinya dari program heritage ini adalah mendorong pariwisata yang dapat menyejahterakan masyarakat,” kata Alfedri.

 

Menurut Alfedri, program SEACHA dan BPPI sangat membantu di sisi promosi wisata Siak. Selain itu, program ini juga sesuai dengan visi misi Pemkab Siak untuk 5 tahun mendatang. “Kami berkomitmen untuk bekerjasama dengan baik bersama komunitas, TACB, BPPI dan SEACHA,” tutupnya. ***