Aseri Angkat Bicara Soal Riau dalam 'Bencana' Kebudayaan
Cari Berita

Advertisement

Aseri Angkat Bicara Soal Riau dalam 'Bencana' Kebudayaan

Jumat, 19 Februari 2021

Sekretaris Umum Aseri, Aristifani Fahmi

PEKANBARU, PARASRIAU.COM - Asosiasi Seniman Riau (Aseri) angkat bicara menanggapi pernyataan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Yoserizal Zein yang menyebut Riau berada dalam 'bencana' kebudayaan. Yoserizal mengatakan hal itu di dalam diskusi terbuka bersama seniman di Anjungan Idrus Tintin, Kamis (18/2/2021) kemarin.


"Bisa dikatakan, Riau saat ini sedang berada dalam krisis kebudayaan, melihat situasi kesenian saat ini," ujar Yose dalam pidatonya yang menyinggung lesunya geliat kesenian dan kebudayaan di Riau.


Menanggapi hal itu, Sekretaris Umum Aseri, Aristifani Fahmi mengatakan bahwa pembangunan kebudayaan serupa dengan membangun sebuah gedung. 


"Ketika kebudayaan tidak ditangani dengan benar, itulah yang dinamakan 'bencana' kebudayaan. Membangun dan mengelola kebudayaan itu sama dengan mengelola atau membangun bangunan. Kalau bangunan sudah ada takarannya, berapa batu, semen, dan pasirnya. Kalau pembangunan seni budaya tidak dilakukan dengan benar, malah hasilnya akan lebih parah dari salah takaran untuk bangunan itu sendiri," jelas pria yang karib dipanggil Itok ini, Jumat (19/2/2021). 


Salah satu bencana kebudayaan yang ada di Riau ialah kurangnya pergerakan kesenian di Riau. Aktivitas kesenian hanya aktif di Kabupaten Kampar dan Siak, dari total 12 kabupaten/kota yang ada di Riau. 


Krisis ini, kata Itok, disebabkan oleh seniman-seniman di daerah yang kurang pro-aktif pada akses informasi, akses perkembangan, dan juga infrastruktur.


"Kurang pro-aktifnya seniman dan pemerintah kabupaten-kota daerah dilihat dari belum diserahkannya draf PPKD (Pokok Pikiran Kesenian Daerah) yang diminta Kementrian Pendidikan dan kebudayaan oleh kabupaten-kota ke pemerintah daerah ke Provinsi Riau," jelas Itok.


Untuk menghidupkan kembali geliat kebudayaan di daerah, ujar dia, Aseri membentuk koordinator daerah untuk saling berkoordinasi dengan seniman-seniman di daerah. 


"Ini merupakan transfer pengetahuan, menciptakan komunikasi dan koordinasi yang intens dengan seniman-seniman yang ada di daerah," ujarnya. (pr5)



Editor: Anto Chaniago