Redam Ketegangan, MUI Desak Macron Minta Maaf ke Umat Islam
Cari Berita

Advertisement

Redam Ketegangan, MUI Desak Macron Minta Maaf ke Umat Islam

Rabu, 28 Oktober 2020


JAKARTA, PARASRIAU.COM - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas meminta Presiden Prancis Emmanuel Macron minta maaf kepada umat Muslim atas pernyataan kontroversialnya terkait Islam.


"Agar masalah ini tidak berlarut-larut dan tidak menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat dunia, maka kami mengharapkan agar Macron secepatnya mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada umat Islam," pinta Anwar dalam keterangan tertulis, Rabu (28/10).


Lebih lanjut ia mengatakan tidak setuju dengan pernyataan Macron yang menyebut pembahasan kartun Nabi Muhammad yang dilakukan seorang guru bernama Samuel Paty, sebagai bentuk kebebasan berpendapat.


"Kami mengingatkan macron dan masyarakat dunia agar meletakkan konsep kebebasan tersebut ditempat yang tepat, sebab bila tidak maka akan bisa menyeret dunia kepada kekacauan dan permusuhan, serta akan memunculkan dendam yang berkepanjangan," kata dia.


Ia mengatakan, bagi umat Islam,  jika ada individu menghina agama dan merendahkan Nabi Muhammad, maka akan muncul reaksi yang mengarah pada kekerasan.

Menurut dia, berbagai reaksi yang dilakukan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia nyaris tidak ada yang merupakan aksi yang berdiri sendiri.


"Saya lihat berbagai tindak kekerasan yang dilakukan oleh segelintir kecil orang dari kalangan umat Islam diberbagai belahan dunia nyaris tidak ada yang merupakan aksi yang berdiri sendiri, semuanya merupakan reaksi terhadap perlakuan tidak baik yang telah dilakukan oleh pihak lain," ucap Anwar seperti dilansir cnnindonesia.com.


Kontroversi pernyataan Macron diketahui dimulai sejak awal Oktober. Saat itu Macron menyampaikan pernyataan tentang ancaman kelompok radikal Muslim yang ingin mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekulerisme di Prancis.


Setelah pernyataan itu, terjadi peristiwa seorang guru sejarah di Prancis bernama Samuel Paty (47), dipenggal di daerah Eragny oleh seorang pemuda pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18).


Itu terjadi karena Paty sempat membahas tentang kartun Nabi Muhammad S.A.W. di dalam kelas. Di awal, dia sudah mengizinkan sejumlah pelajar Muslim untuk keluar kelas jika tidak sepakat dengan materi yang dia bahas.


Setelah insiden itu, Macron kembali melontarkan pernyataan kontroversi bahwa pelaku adalah seorang radikal Muslim. Dia menyebut Paty sebagai martir karena mengajarkan kebebasan berpendapat. pr2