PEKANBARU, PARASRIAU.COM - Sampah daun dan ranting serta cabang-cabang tanaman yang sudah lapuk dan gugur ke tanah, ternyata bisa jadi emas hitam berharga yaitu jadi pupuk organik yang menyuburkan berbagai tanaman.
Pupuk ini ditemukan dan dikembangkan Prof.Dr. Antonius YPBC Widyamoko, MAgr atau biasa disapa Prof Wiwit yang merupakan lulusan S3 dari Universitas Kyushu Jepang. Minggu (6/9/2020) ia memperkenalkan pupuk yang diberi nama Seresah itu kepada petani dari Desa Muara Dua, Siak Kecil, Bengkalis di Pusdiklat BUMP Korwil Riau.
Pupuk organik ini sudah diekspor ke Jepang sejak beberapa tahun lalu. Pupuk organik yang disebut pupuk organik Seresah ini berkesimbangunan menyuburkan tanaman, beda dengan pupuk kimia seperti TSP. Kalau terus terus menerus TSP ditabur di tanah untuk tanaman lama-lama tanaman sulit menyerap unsur hara lainnya dan tanah makin tak subur, "jelasnya.
Hadir di lokasi Pusdiklat itu, Direktur Operasional BUMN PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PT PPI) Anton Mart Irianto, Ketua Seknas BUMP Indonesia Dr Ir Edi Waluyo didampingi Eddy Purjanto, Korwil BUMP Riau Alexander Pranoto didampingi Sekretaris Satria Utama Batubara dan sejumlah pengurus Aliansi Pewarta Pertanian Indonesia .
Menurut Prof Wiwit, penemuannya di pupuk organik "Seresah" ini belajar dari hamparan hutan Kenapa hutan itu subur, ternyata subur karena dapat memasukkan pupuk dari sampah, ranting-ranting dan cabang tanaman itu sendiri yang gugur ke tanah.
"Ternyata sampah daun yang sudah kering dan gugur, ranting, cabang-cabang tanaman yang sudah lapuk itu sangat bernilai tinggi, dan kalau di tanah anda sampah daun kering yang gugur jangan dibakar, tapi tumpukkan ke tanaman agar menjadi pupuk dan dapat diolah oleh berjuta- juta bakteri di tanah, dan tanah jadi subur, "kata Prof Wiwit.
Kunjungan Prof Wiwit yang akrab dipanggil Pak Anton asal Klaten Jawa Tengah ini dalam rangka rencana kerjasama dengan Seknas BUMP Indonesia Korwil Riau dalam hal pemupukan organik agar tanaman panennya melimpah dan berkualitas.
Menurut Korwil BUMP Riau Alexander Pranoto, saat ini petani sawit di Kuansing berencana melakukan penanaman jagung sebagai tanaman sela, kaeena itu dibutuhkan lerawatan lahan secara maksimal agar jagung tumbuh dengan baik dan menuai hasil maksimal.
Di Kabupaten Kepulauan Riau ada sekitar 8.800 ha potensi perkebunan sawit yang akan diremajakan, di sela tanaman sawit yang baru ditanam itu ada 3.000 ha bisa ditanam jagung. Di Desa Muaradua Bengkalis Riau juga ada potensi 8.000 ha perkebunan sawit yang akan diremajakan. Di Rengat Kabupaten Inhu, Riau ada sekitar 3.000 hingga 5.000 ha potensi lahan yang bisa ditanam padi.
Mendengar potensi tersebut, Prof Wiwit mengatakan dirinya siap membantu petani di Riau untuk lahan dengan memberi pupuk yang benar.
"Untuk pengiriman pupuk organik Seresah dari Klaten Jawa Tengah ke Riau mungkin tak mungkin. Karena kebutuhan untuk lokal Klaten saja cukup besar sekitar 5.000 ton per bulan dan tak bisa melayani permintaan Riau. Mungkin ke depan pupuk organik seresah ini dibuat di Pekanbaru di BUMP Korwil Riau. Nanti saya kirim tim ahli dari Klaten Jateng. Apalagi sampah daun, ranting tanan yang sudah lapuk kering melimpah di Riau," kata Prof Wiwit.
Usulan ini disambut baik oleh Ketua Seknas BUMP Indonesia Dr Ir Edi Waluyo dan Korwil BUMP Riau Alexander Pranoto. Untuk teknis kerja sama kedua belah pihak akan dibahas pada kesempatan berikutnya.
"BUMP sangat senang dengan kesediaan Prof Wiwit membantu gerakan BUMP meningkatkan produksi pertanian di Riau. Apalagi saat ini BUMP Korwil Riau sedang membangun Pusdiklat yang nantinya akan semakin lengkap dengan adanya bengkel pupuk. Semoga rencana ini dapat berjalan lancar," harap Ketua Seknas, Dr Edi Waluyo , MM. pr2