Debit Air Sungai Nil Terus Naik, Sudan Diperkirakan Dilanda Banjir Mematikan Hingga Oktober
Cari Berita

Advertisement

Debit Air Sungai Nil Terus Naik, Sudan Diperkirakan Dilanda Banjir Mematikan Hingga Oktober

Kamis, 10 September 2020


KHARTOUM, PARASRIAU.COM - Negara Sudan dilanda banjir yang mematikan pasca panas intensitas hujan yang membuat debit air sungai Nil terus naik. Banjir ini merenggut 100 korban jiwa dan lebih dari 500.000 orang di 17 negara bagian mengungsi. Banjir juga mengganggu aliran listrik dan pasokan air bersih.


Dewan Keamanan dan Pertahanan Sudan telah memberlakukan keadaan darurat nasional selama tiga bulan sejak 4 September lalu.

Tercatat lebih dari 100.000 rumah mengalami kerusakan. Luapan air sungai Nil Putih dan Nil Biru merusak banyak bangunan ibu kota Khartoum, titik di mana kedua aliran sungai itu bertemu.


Sungai Nil sejak ribuan tahun lalu telah menjadi sumber penghidupan bagi penduduk Sudan dan Mesir. Aliran Nil Biru memasok sekitar 80 persen kebutuhan udara kedua negara ini. Selama musim hujan, sungai Nil mencapai volume maksimum di rentang bulan Juni dan September.


Apa yang terjadi di Sudan saat ini mirip dengan apa yang terjadi di negara tetangganya yaitu Sudan Selatan. Sejak pertengahan Juli, lebih dari 600.000 penduduk Sudan Selatan yang tinggal di sepanjang aliran Nil Putih, terdampak banjir.


Musim hujan diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Oktober. Artinya penduduk di kedua negara ini harus meningkatkan kewaspadaan hingga satu bulan ke depan.


Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) seperti yang dilansir arabnews.com mengatakan bahwa sebagian besar pengungsi sudah dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi tak jauh dari tempat tinggal mereka dan akan kembali setelah air surut.


Banjir di Sudan kali ini adalah record terparah sejak banjir serupa di tahun 1946 dan 1988. Menteri Irigasi Sudan, Yasser Abbas mengatakan bahwa ketinggian air di Nil Biru mencapai 17,53 meter dan ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah. Banjir ini dipicu curah hujan di negara tetangga, Ethiopia.


Banjir ini juga mengancam situs arkeologi Sudan yang paling berharga yaitu piramida kuno Meroe di sebelah timur aliran sungai Nil dan piramida Nuri 350 km sebelah utara Khartoum.


Arab Saudi mengirimkan 90 ton bantuan yang terdiri dari makanan dan perlengkapan pengungsi seperti tenda dan selimut. Bantuan juga datang dari Mesir yang mengirimkan lima pesawat militer yang mengangkut bahan makanan dan bantuan lainnya. Mesir juga mengirimkan 20 dokter spesialis, perawat, alat kesehatan dan obat-obatan.


OCHA memperingatkan pemerintah Sudan terkait curah hujan yang akan terus tinggi hingga akhir bulan September dan bisa juga sampai Oktober. Ada resiko penyebaran penyakit yang diakibatkan genangan air, termasuk kolera.


Beberapa hari terakhir, sudah menggenangi beberapa bagian Khartoum. Militer bekerja lebih giat membangun barikade dan tanggul, mengevakuasi warga, bantuan makanan dan menyediakan fasilitas air bersih. pr2