Kemenkes: Penyakit tak Menular Ancam Civitas Akademika
Cari Berita

Advertisement

Kemenkes: Penyakit tak Menular Ancam Civitas Akademika

Jumat, 18 Oktober 2019



YOGYAKARTA, PARASRIAU.COM - Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan secara berkala oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI Tahun 2018 menunjukkan terjadi lonjakan penyakit tidak menular yang salah satunya terjadi pada ruang lingkup universitas. Padahal, penyakit tidak menular sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah (preventable disease).

Praktik tinjauan yang dilakukan di Universitas Indonesia baru-baru ini ditemukan setidaknya para pengajar maupun mahasiswa terdeteksi penyakit tidak menular tersebut.

"Seperti diabetes kencing manis, kolestrol, gagal ginjal, stroke dan lainnya," kata Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Rizkiyana Sukandhi Putra, saat menghadiri Seminar Nasional Health Promoting University dengan tema 'Menciptakan Universitas Sebagai Pusat Kesehatan dan Kesejahteraan' di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jumat (18/10).

Rizki menambahkan, kasus penyakit tersebut mengambil porsi besar yang menghabiskan dana BPJS selama ini. Padahal jumlah penderita hanya sebanyak 1 persen dibandingkan kasus penyakit lainnya. "Semua penyakit tersebut sebetulnya merupakan preventable disease yang dapat dilakukan pencegahan dengan cara perilaku hidup teratur yang baik," kata Rizki.

Tentunya, para civitas akademika seperti mahasiswa adalah wadah yang melahirkan generasi bangsa ke depan. "Apa jadinya jika bibit unggul generasi penerus tersebut bisa unggul jika orangnya tidak sehat? Sehat saja tidak cukup, harus bugar supaya terdorong melakukan tindakan produktif," ungkap Rizki.

Kampus pada praktiknya lebih identik dengan tempat untuk mengasah kompetensi dan prestasi. Tidak jarang, para civitas akademika seperti dosen dan mahasiswa cenderung tidak memperhatikan kesehatan pribadinya masing-masing. Berbagai impian untuk mencapai kompetensi dan prestasi menuntut masyarakat kampus berkarya secara optimal dan terkadang melupakan kesehatannya. 

Rizki menjelaskan persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan adanya pencegahan sejak dini, meliputi pengetahuan pola hidup sehat dan teratur. Bercermin pada negara Jepang terdapat pendidikan karakter pola hidup sehat yang menjadi budaya.

"Masyarakat diajarkan untuk mengolah, memilih bahan makanan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh porsi tubuhnya masing-masing.  Prinsipnya adalah orang dengan resiko terkena penyakit bukan berarti tidak bisa dicegah," tutup Rizki.***

dilansir: republika.co.id