Kondisi Kabut Asap di Sumatera dan Kalimantan Sudah Sangat Berbahaya
Cari Berita

Advertisement

Kondisi Kabut Asap di Sumatera dan Kalimantan Sudah Sangat Berbahaya

Kamis, 19 September 2019



JAKARTA, PARASRIAU.COM - Lembaga sosial Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyatakan bahwa kabut asap yang terjadi di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan saat ini sangat berbahaya bagi kondisi kesehatan masyarakat. "Asap yang menyebar dapat menimbulkan efek langsung pada kesehatan," tegas dr Muhammad Riedha dari Tim Medis ACT melalui keterangan rilis di Jakarta, Kamis (19/9).

Ia menambahkan, dampak kabut asap tersebut dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, tenggorokan dan juga alergi kulit. Selain itu, infeksi saluran pernapasan atau ISPA dan penyakit alergi seperti asma, kata dia, juga lebih mudah muncul.

Dampak asap terhadap kesehatan juga sangat berpengaruh pada kelompok usia rentan seperti bayi, balita, orang lanjut usia, ibu hamil dan menyusui. Asap tersebut, dia mengatakan, mengandung polutan berbahaya yang dapat memengaruhi kesehatan mereka.

Rhieda mengatakan, selain melalui udara yang dihirup alat pernapasan, polutan yang terbawa asap bisa juga jatuh ke aliran air atau makanan yang kemudian dikonsumsi makhluk hidup. Tim medis ACT saat ini, katanya, sedang melakukan pelayanan medis bagi warga yang terkena dampak bencana kabut asap di Riau dan Kalimantan Barat. Selain itu, tim tanggap darurat hingga posko bencana asap ACT juga turut bersiaga.

Hal tersebut, menurutnya, merupakan bukti nyata bahwa ACT turut membantu proses pemadaman api selain juga menampung bantuan dari masyarakat. Selanjutnya bantuan itu disalurkan kepada warga yang terkena dampak.

Kampanye #BantuMerekaBernapas menjadi semangat dalam menghidupkan kembali kebersamaan dalam aksi-aksi kebaikan. Semangat kebersamaan ini yang akan terus dihidupkan melalui Gerakan Nasional #IndonesiaDermawan yang digalakkan oleh ACT dengan mengajak seluruh bangsa untuk memberikan kontribusi terbaiknya.

Gerakan #IndonesiaDermawan, lanjut dia, merupakan gerakan inklusif yang berusaha mengajak publik untuk berkontribusi menyelesaikan permasalahan kemanusiaan di Indonesia dan dunia. Berupa advokasi dan implementasi nilai-nilai kedermawanan ke seluruh masyarakat.

Palangka Raya Siapkan 1,7 M
Sementara itu, Pemerintah Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah menyiapkan anggaran senilai Rp 1,7 miliar untuk operasional dan penanggulangan bencana kebakaran hutandan lahan (karhutla) selama status tanggap darurat belum dicabut. Anggaran itu akan digunakan jajaran pemerintah kota selama 15 hari.

"Total usulan anggaran seluruh OPD selama penetapan status tanggap darurat bencana karhutla senilai Rp1,7 miliar," ungkap Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Kota Palangka Raya Absiah di Palangka Raya, Kamis (19/9).

Absiah menyebutkan di OPD yang mengusulkan yaitu Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Pemadam Kebakaran serta pihak lain yang terkait dengan penanggulangan bencana karhutlayang menimbulkan kabut asap.

Dia menjelaskan, anggaran itu akan digunakan jajaran pemerintah kota selama 15 hari untuk penanganan bencana karhutla pascastatus tanggap darurat bencana diberlakukan mulai 16 hingga 30 September 2019. Namun, jumlah anggaran yang diusulkan itu masih dalam tahap verifikasi yang artinya total anggaran bisa berkurang dari Rp1,7 miliar.

Besaran final anggaran tergantung hasil verifikasi. "Artinya jika ada program atau anggaran yang kurang sesuai akan dicoret dari usulan sehingga hasil final anggaran tanggap darurat karhutla bisa berkurang dari Rp1,7 miliar," katanya.

Ia berjanji segera menyelesaikan verifikasi agar anggaran dapat segera dikucurkan kepada OPD terkait. "Usai verifikasi, kami akan menyampaikan kepada pimpinan untuk meminta persetujuan dan juga akan kami tembuskan ke pihak DPRD Kota Palangka Raya," kata Absiah.

Sementara itu, berdasarkan pantauan, kebakaran di lahan kosong masih marak terjadi di Palangka Raya. Bahkan di beberapa titik, kebakaran lahan mulai mendekati pemukiman warga. Tak hanya itu, dampak kebakaran hutan dan lahan mulai dirasakan masyarakat seperti bau kabut asap menyengat yang membuat nafas sesak dan mata pedih. Pemerintah Kota Palangka Raya pun memperpanjang libur sekolah tingkat SD dan SMP libur selama tiga hari terhitung mulai 19 hingga 21 September 2019.

Di sisi lain, Pemprov Kalteng menyatakan kesiapannya melakukan evakuasi masyarakat dari bahaya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seperti kepungan api dan asap. "Termasuk upaya evakuasi masyarakat yang menjadi korban jika memang diperlukan," ungkap Gubernur Kalteng Sugianto Sabran di Palangka Raya, Kamis (19/9).

Ia menjelaskan, jika nanti ada evakuasi masyarakat maka pihaknya pun siap memenuhi kebutuhan dasar korban bencana seperti makanan dan kebutuhan pribadi. Apalagi, saat ini Kalteng telah ditetapkan status tanggap darurat bencana karhutla hingga 30 September 2019.

Kalaupun mendesak, ia sudah berbicara dengan Sekretaris Daerah Kalteng agar menempatkan korban di fasilitas yang memadai, misalnya bangunan milik pemerintah seperti asrama haji. "Namun itu jika memang kondisinya sudah memang mengharuskan demikian. Makanya kami perlu koordinasi secara intensif bersama dengan TNI, Polri dan pihak terkait lainnya," tegas Komandan Penanganan Darurat Bencana Kalteng tersebut.

Lanjut Sugianto, pihaknya telah menginstruksikan kepada bupati maupun wali kota se-Kalteng yang terdampak bencana agar melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan. Adapun daerah yang terdampak paling besar saat ini, yakni Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat dan Pulang Pisau serta Kota Palangka Raya. Semuanya telah merealisasikan untuk membangun rumah singgah atau ruang oksigen, baik untuk dewasa maupun balita.

Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul menjelaskan, ditetapkannya status tanggap darurat bencana maka prosedur pelayanan kesehatan, terutama pembiayaan berubah.

Biaya pengobatan, khususnya terkait infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) maupun penyakit lainnya akibat asap ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. Pihaknya pun akan mengatur sistem tanggungan biayanya antara pemprov dan pemkab maupun pemkot. "Saat ini tercatat ada lebih dari 100 rumah atau ruang oksigen yang tersedia di Kalteng, tersebar di rumah sakit, puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang bisa dimanfaatkan masyarakat," ungkapnya.

Nyaris Hanguskan Sekolah dan Rumah 
Kebakaran lahan di Perumahan Betang Raya Jalan Jenderal Sudirman km 6,5 Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Kamis sore, nyaris membakar sekolah dan rumah warga. Api dengan cepat membakar lahan yang terletak tak jauh dari sekolah.

"Tadi siang ketika kami rapat, tidak ada terlihat api. Tapi tadi sekitar pukul 15.30 WIB saya dikabari bahwa ada kebakaran lahan di samping sekolah kami," kata Kepala SMPN 8 Sampit, Wilem di Sampit, Kamis (19/9).

Api sangat besar berkobar dan membakar semak lahan kosong di samping kanan sekolah itu. Api juga terlihat di bagian belakang sekolah sehingga membuat pihak sekolah khawatir api merambat ke bangunan sekolah mereka. Api dengan cepat menjalar hingga ke sisi jalan di depan sekolah.

Di saat bersamaan, kebakaran lahan juga terjadi di lahan kosong belakang Perumahan Betang Raya. Perumahan ini letaknya berseberangan dengan SMPN 8 Sampit, hanya dipisahkan jalan selebar enam meter.

Besarnya kobaran api di belakang perumahan itu membuat warga panik. Sejumlah ibu bahkan terlihat menangis histeris karena api hanya tinggal beberapa meter dari rumah mereka. Mereka keluar berlari dari rumah dengan menerobos kepulan asap yang sudah memenuhi kawasan itu.

Salah seorang perempuan terlihat histeris karena anak perempuannya masih berada dalam rumah. Petugas gabungan pun bergegas mengevakuasi anak perempuan tersebut menjauh dari lokasi kebakaran lahan.

"Semua armada yang terdekat segera sikerahkan ke sini. Prioritaskan karena apinya sudah dekat dengan perumahan," perintah Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur, Muhammad Yusuf, yang ikut mengangkat selang membantu memadamkan api.

Belasan mobil pemadam kebakaran dan mobil operasional sejumlah satuan organisasi perangkat daerah yang dibekali tandon air dan mesin pompa, bolak-balik menyuplai air. Sebab, di lokasi kebakaran tidak terdapat sumber air.

Saat bersamaan, kebakaran lahan juga terjadi di lokasi berdekatan, hanya sekitar 500 meter. Petugas pun akhirnya dibagi ke sejumlah titik yakni memadamkan api di sekitar SMPN 8 Sampit, Perumahan Betang Raya dan lahan di sisi jalan menuju perumahan tersebut.

Hingga menjelang Magrib, petugas masih memadamkan sisa api dan melakukan pendinginan. Kebakaran lahan gambut harus disiram berulang-ulang agar api di dalam tanah juga padam. Jika tidak, api bisa kembali muncul dan memicu kebakaran berulang.

Posko Kesehatan Buka 24 Jam 
Sementara itu, sejumlah warga terdampak kabut asap harus menggunakan alat bantu tabung oksigen di posko kesehatan Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus Kementerian Sosial, Pekanbaru, Riau, Kamis (19/9).

Posko kesehatan itu dibuka selama 24 jam bagi warga yang mengeluhkan sesak pada saluran pernapasan akibat dampak kebakaran hutan dan lahan. ***

dilansir dari berbagai sumber