MOJOKERTO, PARASRIAU.COM - Dalam perhelatan Multaqa VIII yang dihadiri oleh ratusan alumni Al-Azhar Mesir dari berbagai daerah di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Rektor Universitas Al-Azhar, Prof. Dr. Salamah Daud mengumumkan kabar gembira mengenai peluncuran program pembelajaran hybrid bagi mahasiswa asing.
Program ini memberikan kesempatan bagi para calon mahasiswa dari berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk mengikuti pendidikan dari salah satu universitas tertua dan paling bergengsi di dunia secara daring dan luring.
Program hybrid yang ditawarkan Fakultas Ilmu-ilmu Keislaman dan Bahasa Arab bagi Mahasiswa Asing (Kulliyatul Ulum Al-Islamiyyah wal Arabiyyah lil Wafidin) memungkinkan para mahasiswa untuk menempuh dua tahun pertama secara online dan dua tahun terakhir secara langsung di kampus Universitas Al-Azhar, Kairo.
Program ini didesain untuk memberikan fleksibilitas belajar yang lebih tinggi, terutama bagi mereka yang mengalami kendala akses fisik ke Mesir pada masa-masa awal pendidikan.
"Kami sangat bangga dapat memberikan solusi pendidikan yang fleksibel dan terjangkau bagi mahasiswa asing, tanpa mengurangi kualitas pendidikan yang selama ini menjadi ciri khas Al-Azhar," ujar Prof. Dr. Salamah Daud yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (PP OIAA).
Dengan metode hybrid ini, pihaknya berharap semakin banyak pelajar dari berbagai negara yang dapat menikmati pembelajaran dari para ulama terkemuka Al-Azhar dan mendapatkan ijazah yang diakui secara internasional.
Keunggulan Program Hybrid Al-Azhar
Kurikulum dari Al-Azhar: Semua mata kuliah, diktat dan pengajar berasal langsung dari Universitas Al-Azhar.
Ijazah Setara: Mahasiswa yang mengikuti program hybrid ini akan mendapatkan ijazah yang sama dengan mereka yang belajar langsung di kampus Al-Azhar, Kairo.
Biaya Terjangkau: Biaya kuliah online adalah USD 1.500 per tahun (dua semester), sedangkan biaya belajar offline di Kairo adalah USD 1.000 per tahun.
Moderat dalam beragama: Al-Azhar dikenal dengan pendekatan Ahlussunah wal Jamaah yang moderat dan relevan dengan masyarakat Indonesia.
OIAA Cabang Indoensia menyambut baik inisiatif ini. "Ini adalah peluang luar biasa bagi para peminat studi Islam untuk belajar langsung dari sumber yang kredibel dan terpercaya," ujar Muchlis Hanafi, Sekjen OIAA cabang Indonesia. (*/pr2)