Menyibak Mutiara Yang Berdebu, Ekspresi Jati Diri Pribadi Muslim
Cari Berita

Advertisement

Menyibak Mutiara Yang Berdebu, Ekspresi Jati Diri Pribadi Muslim

Jumat, 15 Maret 2024



LANGKAH demi langkah ditapaki dengan penuh keyakinan. Lelah, sedih, senang dilalui agar tetap sampai ke tujuan. Jalan kebaikan pasti akan banyak membahas ujian... Dengan berharap ridha Allah tetap jadi acuan...


Saudara...

Terkadangkala aktivitas melebihi waktu yang tersedia. Bahkan beban lebih berat dari energi pemikulnya. Alhasil, semua yang dicita-citakan tidak tercapai dengan sempurna. Meskipun demikian, segala hasil diserahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa.


Kita berusaha, orang lain juga berusaha. Ada kompetisi amal secara positif "Fastabiqul Khoirat". Ada juga yang mengambil jalan pintas, yang penting sukses sendiri yang lain tidak jadi pikiran.  


Begitulah manusia, ada sosok egois juga ada sosok yang altruis, peduli orang lain. Ada yang pesimis ada yang optimis...


Islam mengajarkan umatnya untuk beraktivitas secara profesional. Dasar untuk itu sangat jelas dalam beberapa warisan ilmu dari Rasulullah Saw. 


Rasulullah Saw bersabda yang artinya:


“Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang dikerjakan secara terus menerus meskipun sedikit.” (HR.Muslim)


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه


Artinya: “Sejujurnya Allah menyelamatkan seseorang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional” (HR. Thabrani dan Baihaqi)


Kerja kontinyu dan terencana tidak serabutan apalagi asal-asalan. Islam mengajarkan umatnya bekerja penuh perencanaan, mengukur, dan tetap sasaran. Artinya profesionalisme itu adalah dasar amal dalam Islam. Begitu juga dengan "Itqanul Amal" bersungguh-sungguh dalam bekerja, sebagai dasar keberhasilan dan kesuksesan. 


Ironisnya meskipun sudah jelas landasan keagamaan bekerja dalam Islam, malah masih banyak ditemukan umat Islam hari ini kalah bersaing dalam dunia kerja. Minim keterampilan dan pengalaman, kerja culas dan malas, inilah yang menghantarkan kita kepada peoses menjadi budak di negeri sendiri.


Sering kita temui nilai-nilai positif dalam Islam yang dilakukan oleh orang lain. Konsep kejujuran yang merupakan hal yang menghantarkan seorang hamba ke sorga-Nya. Tapi hari ini nilai jujur ​​itu malah ditinggalkan umat Islam dan diamalkan oleh orang lain.


Ada beberapa pertanyaan yang menggelitik dan penjelasan menjadikan kita malu pada diri sendiri, diantarnya adalah:


1- Mana yang lebih konsisten memerankan karakter jujur, umat Islam atau non muslim?

2- Siapa yang lebih peduli kebersihan, umat Islam atau non muslim? 

3- Mana yang lebih menghargai waktu umat Islam atau non muslim?


Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul menyikapi fenomena ini. Dapat disimpulkan bahwa umat Islam akan bergeser ke pada ringkasan dan keterbelakangan bilamana meninggalkan agamanya. 


Bisikan pemahaman sekularisme terhadap umat Islam, kalau ingin kemajuan meninggalkan agama sungguh sangat tidak relevan untuk diberikan kepada umat Islam. Rayuan tersebut merupakan bentuk komitmen seseorang dengan Islam dan pembedohan terhadap umatnya. 


Islam dan profesionalisme kerja tetap berjalan seiringan, meskipun umat Islam terkadang tidak mengiringinya. Maka sering kita mendapatkan non muslim yang profesional, mereka lebih berjaya dalam kehidupan dunia dari satu sisi, disisi lain karakter profesionalisme ini akan mempermudah mereka menerima Islam jika mereka memahami...


Ataukah Mereka Lebih Baik Dari Kita?

Bisa jadi... Kalau kita tidak berubah...


Wallahu A'lamu bis-Showab. ***


Penulis adalah Alumni Gontor Tahun 1992 (Country 92)