Dukung Target Pemerintah, PLTS PHR WK Rokan akan Berikan Manfaat untuk Indonesia dan Dunia
Cari Berita

Advertisement

Dukung Target Pemerintah, PLTS PHR WK Rokan akan Berikan Manfaat untuk Indonesia dan Dunia

Jumat, 25 Agustus 2023

Arief Rahman Wahidin selaku TM Facility Engineering PGT PHR menyampaikan pemaparan di hadapan para wartawan terkait perkembangan PLTS PHR, Kamis (10/8/2023). iwn



PT PERTAMINA yang saat ini merupakan perusahaan energi nasional berplat merah sudah berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kawasana Pertamina Hulu Rokan (PHR) Wilayah Kerja Rokan (WK Rokan) Provinsi Riau. Ini membuktikan keseriusannya, dan tak tanggung-tanggung di wilayah kerja minyak dan gas yang sebelumnya dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) tersebut, pihaknya telah berhasil membangun PLTS yang merupakan Energi Baru Terbarukan (EBT) di atas lahan lebih kurang seluas 28,16 hektar yang ke depan akan mampu berproduksi sekitar 25 MWp.


"Pembangunan PLTS PHR ini merupakan upaya untuk mendukung target pemerintah pada Paris Agreement guna mempercepat transisi energi dan target bauran energi dari EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025 serta mencapai net-zero emision pada tahun 2060 dengan medium term 29-41 persen di tahun 2030," ungkap TM Facility Engineering PGT PHR, Arief Rahman Wahidin di hadapan para wartawan yang hadir dalam pemaparan tentang perkembangan PLTS PHR, Kamis (10/8/2023).


Dijelaskannya, di atas lahan lebih kurang seluas 28,16 hektar inilah tempat pemasangan Solar Photo voltaic (Solar PV) sebagai pembangkit energi terbarukan berbasis modul surya atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) PHR WK Rokan.


Para wartawan dari berbagai media tengah serius mendengarkan paparan dari TM Facility Engineering PGT PHR, Arief Rahman Wahidin selaku terkait perkembangan PLTS PHR.



Bukan hanya di lokasi ini saja, katanya, PT Pertamina juga memasang Solar PV di sembilan tempat di komplek perumahan PHR WK Rokan. Masing-masing lima lokasi di Duri Camp Bengkalis, tiga lokasi di Rumbai Camp Kota Pekanbaru dan satu lokasi di Dumai Camp Kota Dumai. Total luas lahan pembangunan solar penal sekitar 28,16 hektar yang nantinya diproyeksi menghasilkan listrik 25 MWp atau energi yang dihasilkan sekitar 32,42 GWh/tahun.


Pemimpin Redaksi Parasriau.com yang langsung hadir dalam pemaparan yang disampaikan TM Facility Engineering PGT PHR tersebut bersama wartawan lainnya usai pemaparan ikut serta berkeliling melihat langsung kawasan yang telah dipasang Solar Photo-voltaic (Solar PV) tersebut.


“Kita tidak main-main membangun PLTS dan bukan sekedar ikut-ikutan trend energi terbarukan. Kita sangat serius menggarap ini. Tahap awal kita bangun sekitar 28 hektar di atasnya terpasang 64 ribu Panel PV yang nantinya diharapkan menghasilkan listrik 25 MWp. Ini jumlah yang cukup besar dan jika satu rumah memasang listrik dengan daya 2.200 Watt dengan daya listik yang dihasilkan PLTS PHR WK Rokan akan mampu mengaliri sekitar satu juta rumah,” ungkap Arief.


Dijelaskannya bahwa sistem pembangkit tenaga surya menggunakan teknologi PV untuk menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi listrik yang dapat digunakan. Susunan sistem tenaga photovoltaic atau sistem PV mampu menghasilkan daya arus searah (DC) yang berfluktuasi sesuai intensitas sinar matahari. 


TM Facility Engineering PGT PHR, Arief Rahman Wahidin didampingi Humas PHR, Rinta foto bersama wartawan dengan latar belakang kawasan yang dibangun panel surya dengan teknologi fotovol taik sistem ground-mounted.


"Adapun tahap awal pembangunan PLTS PHR dilakukan di komplek perumahan karyawan. Ini dimaksudkan agar kegiatan itu tak mengganggu operasional perusahaan. Selanjutnya terus ditambah, sehingga akan mampu mengurangi penggunaan listrik yang selama ini menggunakan gas. Listrik 25 MWp itu kira-kira lima persen dari kebutuhan listrik PHR WK Rokan yang saat ini sekitar 500 MW," jelasnya.


Arief Rahman Wahidin menambahkan, agenda transisi energi ini memberikan jalan bagi Pertamina untuk meningkatkan investasi di sektor EBT. Diantaranya geothermal atau energi panas bumi yang akan dilakukan untuk peningkatan kapasitas dari 672 MW tahun 2020 menjadi 1.128 MW tahun 2026. Hydrogen berupa Hydrogen hijau dari listrik EBT Pertamina (panas bumi, solar PV dan hidr) dan Hydrogen abu-abu dari kilang Pertamina, BESS-Partisipasi perusahaan baterai Indonesia meningkatkan menjadi 140 Gwh tahun 2029 mendatang, Solar-Wind-Hydro-Peningkatan kapasitas pembangkit tahun 2020-2026 Solar PV (4-910 MW, Hydro (200-400 MW, angin (225 MW) E4W + E2W Ecosystem-Ekosistem batarai EV termasuk pengembangan stasiun pengisian baterai dan stasiun pertukaran, NBS-Proyek penyerap karbon alami untuk menghasilkan penyeimbangan karbon melalui pengindraan konversi dan restorasi hutan/lahan gambut, CCUS-Implementasi CCUS bekerjasama dengan pemain global dan Bio Energy-pengembangan kilang hijau, bio blending gasoil dan gas-oline, bio-mass dan bio-gas, bioetha-nol dan biomethane.


Lanjut Arif Rahman Wahidin, adapun studi terkait implementasi PLTS di WK Rokan, termasuk studi pemilihan lokasi dan studi terkait dampak penetrasi PLTS terhadap kestabilan sistem kelistrikan WK Rokan serta benefit analysis telah dilakukan dan disimpulkan tidak akan mengganggu sistem kelistrikan WK Rokan. Karena itulah proyek ini laksanakan. 


"Jika PLTS PHR WK Rokan sudah selesai semua, maka akan mampu memberikan banyak manfaat untuk Indonesia dan dunia. Antara lain berguna untuk pengurangan konsumsi bahan bakar gas sekitar 352 MMSCF/tahun, potensi efisiensi 8 persen Active Power (MW), 4 persen dari Reactive Power (MWAR), pengurangan emisi CO2 sekitar 23 ribu ton/tahun," ujarnya optimis.


Adapun transisi energi ini, katanya, bukan merupakan ancaman. Akan tetapi ini sebagai upaya untuk menekan resiko pemanasan global yang berpotensi mengancam kehidupan yang layak di masa yang akan datang. Transisi energi merupakan jalan untuk menuju transformasi sektor energi global menjadi nol karbon. Transisi energi ini juga menjadi salah satu topik utama yang diangkat dalam presidensi G20 Indonesia, yang mana menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk menunjukan kepada dunia atas dukungan terhadap transisi energi yang dapat dilihat lewat prototipe dan dukungan finansialnya, sehingga dapat direplikasikan dalam sejumlah program sejenis lainnya.


Ditambahkan Arif Rahman Wahidin, pembangunan PLTS ini direncanakan untuk mendukung kebutuhan energi listrik di proses inti, perkantoran, perumahan serta fasilitas pendukung lainnya. Kerjasama strategis yang direncanakan dalam tiga tahap, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pada jangka pendek potensi kapasitas terpasang mencapai 13 MWp, jangka menengah memiliki potensi sampai dengan 40 MWp dan untuk jangka panjang potensinya mencapai 150 MWp.  


“Kami dari PHR mendapat amanah yang sangat besar, dan kamipun ditantang dengan target yang sangat tinggi. Di saat yang sama, kami juga merasa bangga bahwa PHR dipercaya negara sebagai wilayah kerja untuk penerapan sejumlah program perbaikan dan inovasi, diantaranya EOR dan digitalisasi. Kolaborasi dalam transisi energi ini akan menambah daftar program tersebut,” katanya.


Inilah penampakan panel surya dengan teknologi fotovol taik sistem rooftop atau yang dipasang di atap bangunan. 


Rampungkan Pembangunan


Meskipun groundbreaking baru dilaksanakan pada tanggal 22 April 2022 yang lalu, namun wujud dan realisasi pembangunan PLTS PHR WK Rokan ini bisa dikatakan terbilang cepat.  


Yang mana saat pembangunannya sempat dihadiri oleh beberapa petinggi yang antara lain adalah Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina (Persero) Mulyono, Komisaris Pertamina NRE David Bingei, CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro, Direktur Utama PT PHR Jaffee A Suardin, Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina NRE Fadli Rahman, Direktur Proyek dan Operasi Pertamina NRE Norman Ginting dan Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut, Rikky Rahmat Firdaus.


Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina, Mulyono saat itu mengatakan bahwa Proyek PLTS PHR WK Rokan merupakan role model dan salah satu proyek terbesar di Indonesia. Yang mana PLTS ini nantinya akan mampu menghasilkan kapasitas 25 MW yang merupakan bagian dari rencana Pertamina untuk mencapai 200 MW. Dengan demikian, WK Rokan akan memperoleh efisiensi sebesar USD 5 juta melalui pembangunan PLTS ini.


Dirut PHR, Jaffe A Suardin juga mengatakan, sebagai bagian dari Sub Holding Upstream Pertamina, PHR akan terus berpegang teguh pada komitmen untuk mengimplementasikan aspek environment, social and governance (ESG) dalam pengelolaan bisnisnya. Pertamina akan mengambil peran besar di presidensi G20 Indonesia. Dimana Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menduduki jabatan sebagai Chair of Task Force Energy, Sustainability and Climate (ESC) dari Business 20 (B20), yaitu ruang dialog bisnis internasional yang menjadi bagian dari agenda penting G20.

 
"Adapun Tenaga Surya merupakan salah satu energi baru terbarukan tak hanya sekedar tren global yang diadopsi di Indonesia. Akan tetapi, transisi energi hijau yang berkelanjutan ini merupakan prioritas negara. PHR dalam hal ini turut serta berpartisipasi dalam mendukung target pemerintah melalui Grand Strategi Energi Nasional untuk mempercepat transisi energi dan target bauran energi dari Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025 serta mencapai net zero emissions di tahun 2060 dengan jangka menengah 29 persen-41 persen di tahun 2030,” jelas Jaffe A Suardin.  


Dijelaskan Jaffe A Suardin bahwa sebelumnya PHR dan Pertamina NRE telah menandatangani nota kesepahaman pada 15 November 2021 lalu untuk rencana penyediaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk Wilayah Kerja Rokan Pertamina. Yang mana, Pertamina NRE dan PHR telah berkolaborasi bersama untuk melaksanakan studi kelayakan proyek tahap pertama yang terbukti tidak mengganggu keandalan sistem kelistrikan PHR. Proyek ini juga akan mengoptimalkan penggunaan komponen dalam negeri yang sesuai dengan ketentuan pemerintah.
   

"Negara kita memiliki keunggulan berupa lokasi geografis yang sangat berpotensi untuk energi surya. Panel surya dengan teknologi fotovol taik akan dipasang dengan menggunakan dua metode. Pertama yang terpasang di tanah (ground-mounted) dan yang kedua di atap bangunan (rooftop). Energi surya yang ditangkap kemudian dikonversikan melalui inverter, dengan demikian energi listrik itu selanjutnya digunakan di WK Rokan," pungkasnya. ***
  


(M Ikhwan - Wartawan www.parasriau.com)