Direktur Bumdes Simalinyang, Hendra Usmadi (paling kiri) bersama dewan juri dan peserta lomba masakan tradisi. ist
KAMPAR, PARASRIAU.COM - Berbagai kelompok ibu-ibu mengikuti lomba makanan tradisi yang digelar dalam Festival dan Lomba Seni Budaya di Desa Simalinyang, Sabtu (31/12/2022)
Ibu-ibu dari berbagai dusun itu menyajikan menu dengan bahan dasar sayur dan tanaman yang mudah di dapat. Seperti gulai ingau atau induk ikan motan dari Sungai Kampar yang bisa didapat di desa itu, gulai taleh, sambal pecah paku belacan, sawik timun, anyang batobo, gulai tobu tolu ikan salai, piyandau ubi, sagun, golopuong dan masih banyak lagi lainnya.
"Semangat Bumdes luar biasa, layak ditiru. Anak-anak muda yang peduli dan mau menjaga kekayaan budaya lokal. Jangan dilihat siapa dan berapa pesertanya, tapi nilai dan kepedulian itu yang harus dilanjutkan. Semoga tahun depan lebih meriah lagi," kata Kunni Masrohanti, budayawan Riau yang hadir sebagai dewan juri.
Hal senada juga keinginan Felozen, juri asal Kampar yang tinggal di Simalinyang. Ia mengaku bangga dan tidak menyangka antusias masyarakat sangat tinggi. Apalagi saat menyaksikan arakan pasangam pengantin tempo dulu yang menarik perhatian masyarakat termasuk Ninik Mamak yang hadir.
"Festival ini sangat luar biasa. Tahniah dan selamat kepada Bumdes. Tetap semangat dan tahun depan laksanakan dengan lebih meriah lagi," kata Felozen pula.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyambut tibanya tahun baru 2023 oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Simalinyang, Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar, yang dinakhodai Hendra Usmadi
“Terakhir kali festival ini dilaksanakan tahun 2012. 10 tahun fakum. Tahun ini kami laksanakan kembali. Bukan hanya merayakan tahun baru, kumpul meyambut tahun baru bersama masyarakat, tapi inilah upaya kami mengungkap dan memperkenalkan budaya dan kearifan lokal yang ada di Simalinyang kepada khalayak ramai , khususnya generasi muda," kata Hendra.
Lomba dalam festival yang mengusung tema Membangkik Batang Taondam 2 ini, yakni lomba masakan khas, make up pengantin, fashion show dan lomba mewarnai. Lomba ini juga mengusung konsep tempo dulu. Artinya, kuliner atau makanan khas tempo dulu, busana tempo dulu dan pengantin tempo dulu atau pengantin tahun 70-an.
Kegiatan yang dipusatkan di pendopo Desa Simalinyang ini berlangsung semarak, unik dan mengundang tawa riang setiap warga yang menyaksikan. Begitu juga dengan dewan juri yang terpesona bahkan terhibur melihat festival tersebut. (*)
Editor: M Ikhwan