Firdaus: Jika Terawan Dipecat Terkait DSA, Bagaimana Praktek DSA Dokter Lainnya?
Cari Berita

Advertisement

Firdaus: Jika Terawan Dipecat Terkait DSA, Bagaimana Praktek DSA Dokter Lainnya?

Kamis, 07 April 2022



JAKARTA, PARASRIAU.COM - Keputusan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memberhentikan mantan Menteri Kesehatan, Terawan Putranto dari keanggotaan IDI kembali menuai kecaman. Kali ini datang dari Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat, Firdaus yang juga mantan pasien Terawan.


"Saya mengenal dokter Terawan sewaktu saya pasang ring di RS Gatot Subroto," ujar Firdaus kepada media di Jakarta, Kamis (5/3/2022).


Waktu itu, sebutnya, Terawan telah riset digital subtraction angiography (DSA) atau "cuci otak". "Bahkan, telah melahirkan 12 jurnal internasional dan enam orang doktor, termasuk diri Terawan," sebutnya.


Sekaliber dokter Terawan yang pernah menjadi ketua organisasi dokter militer dunia, ICMM dan memimpin Majelis Etik Kedokteran RSPAD selama dua tahun, tegas Firdaus, tentu telah mempersiapkan disertasi DSA dengan matang dan cermat, terlebih disertasi diuji secara ilmiah di hadapan sejumlah guru besar Universitas Hasanuddin.


Saat menyelesaikan program doktoralnya di Unhas Makasar, Terawan menyusun disertasi dengan judul "Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis."


"Yang menjadi pertanyaan masyarakat, jika dokter Terawan dicabut izin prakteknya karena terkait DSA yang dianggap mengandung kelemahan substansial, bagaimana dengan praktek-praktek yang dilakukan oleh para dokter di sejumlah rumah sakit?" tanya Firdaus.


"Bahkan ada oknum dokter di salah satu rumah sakit yang mengaku-ngaku murid dokter Terawan demi menggaet pasien," ungkap Firdaus yang pernah menjadi Ketua PWI Banten dua periode.


Terawan sendiri, tambah Firdaus, tidak mau mempatenkan temuannya ini karena dia merasa temuan ini adalah anugerah dari Tuhan sehingga dengan senang hati dia akan melatih para dokter yang ingin belajar darinya.


"Sudah banyak dokter yang diajarkan teknik DSA secara langsung oleh dokter Terawan, apakah mereka harus dicabut juga izin prakteknya? Juga para dokter lain yang tidak berguru dengan Terawan namun beroperasi di sejumlah rumah sakit lainnya dan tidak pernah melakukan uji klinis, apakah dipecat juga?" sergah Firdaus.


"Terawan itu dokter yang kreatif dan inovatif serta visioner. Mengapa harus dipermasalahkan dan dipecat dari keanggotaan IDI? Bukankah bagi masyarakat yang penting dokter itu bisa memberikan manfaat kesehatan dan berguna bagi pasiennya?" tandas Firdaus. 


Firdaus yang memimpin organisasi media siber terbesar di dunia versi MURI ini mengatakan, dalam IDI harusnya ada kebersamaan, ada kompetisi tanpa eliminasi. Dalam kebersamaan itu ada saling ketergantungan yang saling melengkapi bukan mengkriminalisasi.


"Dalam kebersamaan harus terwujud kesederajatan, persamaan hak, dan martabat agar menjadi harmoni. Melalui relasi kasih sayang, harusnya IDI memandang sejawat dengan sikap mengasihi," imbuh Firdaus.


Ditambahkannya, ada seratus ribu lebih pasien DSA yang bersyukur karena telah diselamatkan melalui tangan dr Terawan. Di luar sana masih banyak lagi yang menanti untuk dapat lepas dari penderitaan. "Semestinya kita utamakan pelayanan kesehatan demi kemanusiaan, kemudian prosedur birokrasi organisasi secara komprehensif," pungkas Firdaus. (*)


Editor: M Ikhwan