Timur Tengah di Ambang Perang Besar
Cari Berita

Advertisement

Timur Tengah di Ambang Perang Besar

Rabu, 08 Januari 2020



PARASRIAU.COM - Garda Revolusi Iran meluncurkan puluhan rudal ke pangkalan udara Ain al-Asad di Irak pada Rabu (8/1) dini hari waktu setempat. Pangkalan tersebut merupakan fasilitas yang dioperasikan bersama oleh pasukan Irak dan Amerika Serikat (AS).

"Dalam Operasi Martir Soleimani pada dini hari Rabu, puluhan rudal darat-ke-darat ditembakkan ke pangkalan AS dan berhasil menghantam Pangkalan Ain al-Asad," kata Garda Revolusi Iran dalam sebuah pernyataan resmi, dikutip Anadolu Agency.

Sumber-sumber militer Iran mengklaim serangan itu menyebabkan 30 tentara AS terluka. Garda Revolusi Iran menyebut serangan ke Pangkalan Ain al-Asad hanya permulaan dari serangkaian balas dendam atas dibunuhnya Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani oleh AS. Iran tak menetapkan batas waktu kapan serangan akan dihentikan.

"Kami memperingatkan semua negara sekutu AS bahwa jika serangan dilancarkan dari pangkalan di negara mereka ke Iran, mereka akan menjadi sasaran pembalasan militer," kata Garda Revolusi Iran.


Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, kepentingan dan keamanan AS di Timur Tengah dalam bahaya. Hal itu dia sampaikan saat melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa (7/1). "AS harus tahu, kepentingan dan keamanannya di kawasan dalam bahaya dan ia tak dapat lepas dari konsekuensi kejahatan besar ini," kata Rouhani, dikutip laman Times of Israel.

Kejahatan besar yang disinggung Rouhani mengacu pada keputusan Washington membunuh Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani.  Menurut Rouhani, AS telah melakukan kesalahan strategis berskala besar dengan membunuh Soleimani. "Kejahatan ini telah memperkuat, tak pernah sebelumnya, persatuan dan solidaritas rakyat Irak dan juga rakyat Irak," ujarnya.

Dia menegaskan Iran tak pernah menghendaki peperangan di Timur Tengah. "Tapi (Iran) tak ragu membela hak dan kedaulatannya," ucap Rouhani.

Penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani, Hessameddin Ashena, mengatakan jika AS membalas serangan rudal Iran yang ditargetkan ke pangkalan udara Ain al-Asad di Irak, hal itu dapat memicu perang besar.

"Setiap tindakan militer yang merugikan oleh AS akan dipenuhi dengan perang habis-habisan di seluruh kawasan. (Arab) Saudi, bagaimanapun, bisa mengambil jalan yang berbeda. Mereka bisa memiliki kedamaian total," kata Ashena melalui akun Twitter pribadinya pada Rabu (8/1).

Pernyataan Ashena tampaknya merupakan peringatan terhadap Saudi agar memihak atau berdiri di sisi AS. Riyadh diketahui merupakan sekutu utama Washington di Timur Tengah.

Pada Jumat pekan lalu, AS membunuh Qassem Soleimani di Bandara Internasional Baghdad, Irak. Dia, yang saat itu tengah berada di konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), yakni pasukan paramiliter Irak yang dekat dengan Iran, tewas akibat serangan drone atau pesawat nirawak.

Perintah untuk mengeksekusi tindakan tersebut datang langsung dari Presiden AS Donald Trump. Dia menyebut Soleimani telah merencanakan serangan yang mengancam para diplomat dan personel militer AS di Irak serta kawasan sekitarnya.

Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.

Soleimani disebut sebagai "otak" pembentukan paramiliter yang membidik Israel dan kepentingan AS di seluruh Timur Tengah. Munculnya kelompok Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman diyakini berkat peranan Soleimani.

Dia sangat dipuja di Iran. Soleimani dianggap tokoh terkuat setelah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Kendati demikian, kesetiaan dan loyalitasnya terhadap Khamenei tak pernah diragukan.

Pentagon telah mengonfirmasi serangan rudal Iran ke Pangkalan Ain al-Asad. Menurut mereka rudal menghujani fasilitas militer tersebut pada pukul 05:30 waktu setempat. "Jelas bahwa rudal ini diluncurkan dari Iran dan menargetkan setidaknya dua pangkalan militer Irak yang menampung personel militer dan koalisi AS di Al-Asad dan Irbil," ujar juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman.

Pentagon mengaku sedang mengasesmen apa saja dampak kerusakan yang ditimbulkan serangan rudal Iran. Militer AS mengonfirmasi enam rudal telah menyebabkan dampak.

Lewat akun Twitter-nya, Presiden AS Donald Trump angkat bicara soal serangan rudal Iran ke pangkalan udara Ain al-Asad dan Irbil di Irak pada Rabu (8/1). Dia mengisyaratkan, serangan tersebut tak menyebabkan dampak serius. "Semua baik-baik saja. Rudal diluncurkan dari Iran ke dua pangkalan militer yang berlokasi di Irak," kata Trump melalui akun Twitter pribadinya.

Menurutnya, saat ini asesemen terkait dampak serangan sedang dilakukan. "Sejauh ini baik. Kita memiliki militer yang tersenjatai dengan baik dan terkuat di mana pun di seluruh dunia. Saya akan membuat pernyataan besok pagi," ujar Trump.

Adapun, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) melarang operator penerbangan AS beroperasi di wilayah udara Iran, Iran, Teluk Oman, serta perairan antara Iran dan Arab Saudi. Larangan itu dikeluarkan setelah Iran melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer AS di Irak.

FAA terus memantau peristiwa di Timur Tengah dan berkoordinasi dengan maskapai penerbangan AS. FAA juga berkoordinasi dengan otoritas asing terkait penerbangan setelah Iran melancarkan serangan rudal.

Menurut data FlightRadar24, beberapa maskapai penerbangan sedang melintasi sejumlah wilayah bagian Irak dan Iran ketika serangan rudal dilancarkan. Pada 2018, FAA mengeluarkan aturan bahwa operator penerbangan AS dilarang terbang pada ketinggian di bawah 26 ribu kaki di atas wilayah udara Irak.

Hal ini karena kekhawatiran mengenai ancaman penerbangan sipil AS ke seluruh Irak. Hingga saat in tidak ada maskapai penerbangan utama AS yang terbang melintasi Iran.

Sementara itu, Singapore Airlines juga telah mengalihkan semua penerbangannya dari wilayah udara Iran setelah serangan rudal ke pangkalan militer AS. Badan penerbangan global, IATA telah melakukan koordinasi dan komunikasi secara efektif dengan maskapai penerbangan ketika ketegangan meningkat di Timur Tengah.

Tim koordinasi yang dioperasikan oleh IATA dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) diaktifkan sebagai tindakan pencegahan. Dalam sebuah pernyataan, IATA mengatakan, tindakan kontingensi diperlukan oleh perusahaan penerbangan. Tim ini menyatukan maskapai, regulator dan penyedia layanan navigasi udara untuk memastikan risiko penerbangan.

International Air Transport Association mengeluarkan pernyataan yang mengingatkan negara-negara mengenai kewajiban untuk melakukan komunikasi dengan maskapai penerbangan terkait risiko potensial terhadap penerbangan sipil, di tengah ketengangan yang terjadi di Timur Tengah. "Sangat penting bahwa negara-negara memenuhi kewajiban ini karena ketegangan di Timur Tengah meningkat," ujar International Air Transport Association dalam pernyataannya.

Wilayah udara yang dikendalikan oleh Iran dan Irak dipandang strategis untuk penerbangan komersial di Timur Tengah. Jika wilayah udara ini ditutup maka akan terjadi kepadatan lalu lintas udara dan penambahan biaya bahan bakar. pr2

dilansir: republika.co.id