Sekolah di Rohul dan Malaysia Diliburkan, di Pekanbaru Justru Masih Sekolah
Cari Berita

Advertisement

Sekolah di Rohul dan Malaysia Diliburkan, di Pekanbaru Justru Masih Sekolah

Selasa, 10 September 2019


PEKANBARU,PARASRIAU.COM – Kabut asap yang menyelimuti hampir seluruh wilayah Riau dikawatirkan dapat mengganggu kesehatan. Hal ini membuat Dinas Pendidikan ambil tindakan agar para pelajar terhindar dari bahaya kabut asap ini, Dinas Pendidikan terpaksa meliburkan seluruh sekolah.

Mulai hari ini, Selasa (10/9/2019), Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu meliburkan seluruh kegiatan belajar mengajar siswa. Sekolah diliburkan berdasarkan instruksi dari Gubernur Riau Syamsuar, serta dari Dinas Pendidikan Provinsi Riau.

Itu diungkapkan salah seorang guru di SDN 012 Rambah Hilir, Anto. Dia mengatakan, Disdik Rokan Hulu telah menginstruksikan seluruh sekolah untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar selama dua hari, terhitung mulai hari ini. ”Hari ini berdasarkan perintah Kadisdik, sekolah diliburkan. Mulai hari ini sampai besok, dua hari libur,” ujar Anto kepada, Selasa (10/9/2019) pagi.

Sementara untuk SMPN 2 Rambah Hilir, sekolah baru akan diliburkan besok. Itu diungkapkan boleh Kepala Sekolah SMPN 2 Rambah Hilir, Rita saat dihubungi melalui slauruan telepon.

“Instruksi dari Dinas Pendidikan hari ini sama besok libur. Namun karena saya dapat beritnya baru setengah enam pagi tadi, jadi untuk SMPN 2 Rambah Hilir hari ini tetap masuk, besok baru libur,” terang Rita, Selasa (10/9/2019) pagi.

“Karena gak mungkin tadi setengah enam pagi menghubungi anak sebanyak itu, kita pikirkan orang kantin juga kan sudah buka tadi pagi. Jadi saya kasih kebijakan hari ini tetap masuk,” imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Dinas Pendidikan Provinsi Riau juga telah mengeluarkan surat edaran kepada seluruh sekolah untuk meliburkan seluruh kegiatan belajar mengajar. Ini mengingat kabut asap di Provinsi Riau yang kian pekat. Kabut asap ini dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan pelajar di Riau. 

Edaran Libur Sekolah

Sementara itu, Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau mengeluarkan surat edaran kepada seluruh sekolah agar meliburkan siswa-siswi karena kabut asap yang kian pekat. Surat tersebut dikeluarkan tanggal 9 September 2019 yang ditanda tangani langsung oleh Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Rudiyanto.

Dalam surat edaran nomer 800/Disdik/1.3/2019/ tersebut, terdapat dua poin. Pertama meminta kepada pihak sekolah untuk meliburkan siswa apabila Indek Standar Pencemaran Udara (ISPU) berkisar antara 200-299 (warna merah berarti sangat tidak sehat). Kemudian Pemprov Riau meminta agar meliburkan total semua aktivitas di sekolah/publik apabila ISPU sudah mencapai >300 (warna hitam berarti bahaya).

Poin kedua, apabila ISPU sudah membaik, maka pihak sekolah disegerakan untuk melakukan aktivitas belajar mengajar di sekolah seperti biasa dengan mempertimbangkan jadwal pelajaran yang tertinggal selama libur akibat asap. Dan diadakan tambahan jam belajar di sekolah.

Seperti diberitakan sebelumnya, Gubernur Riau, Syamsuar juga telah menginstruksikan kepada Dinas Pendidikan untuk meliburkan sekolah. “Saya instruksikan pada Dinas Pendidikan agar sekolah diliburkan mengingat kondisi udara semakin buruk,” ujar Syamsuar, Senin (9/9/2019) kemarin.***

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru Abdul Jamal mengatakan, Disdik akan meliburkan peserta didik, mulai PAUD, TK dan SD saat Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dalam rentang 200 hingga 299. Angka ISPU dalam rentang itu sudah sangat tidak sehat atau level merah.

Sementara, angka ISPU yang ditampilkan alat milik Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) saat ini menunjukkan angka 88 atau sedang. "Kalau mendekati 200 baru mulai diliburkan. Kita tetap berperdoman ke sana," kata Abdul Jamal.

Disdik berpedoman kepada surat yang dikeluarkan Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru. Jamal menyebut, surat tersebut berisi tindakan penanganan dampak bahaya asap. Tindakan yang dilakukan sesuai kondisi ISPU. "Saat ISPU dalam rentang 101 hingga 199 atau kualitas udara tidak sehat atau level kuning. Pada kondisi ini peserta didik harus kurangi aktivitas di luar ruangan," jelasnya.

Peserta didik harus mengenakan masker saat ke luar ruangan. Saat ISPU menunjukan angka lebih dari 300 maka dinas bisa meliburkan seluruh peserta didik, hingga ke tingkat SMP.

Sebab, angka itu menunjukkan udara saat itu sangat berbahaya atau masuk level hitam. Namun Jamal menyebut bahwa pihaknya memberi kewenangan kepada sekolah untuk ambil kebijakan secara situasional. "Bagi sekolah yang kabut asapnya cukup tebal bisa memulangkan siswa lebih cepat. Tapi tetap kordinasi ke dinas," jelasnya. 

Sementara itu, Departemen Pendidikan Kota Sarawak, Malaysia meminta sekolah-sekolah ditutup menyusul memburuknya udara akibat kabut asap kebakaran hutan di wilayah itu.
Dilansir dari The Star, Senin (9/9), Indeks Polutan Udara (API) di Malaysia melebihi angka 200, akibat kebakaran lahan di wilayah tersebut yang diduga berasal dari upaya pembukaan lahan.

Para kepala sekolah diminta melapor ke dinas pendidikan kabupaten masing-masing perihal penutupan tersebut. "Sekolah-sekolah dapat kembali dibuka ketika API telah berada di bawah 200," demikian pernyataan Departemen Pendidikan Kota Sarawak.

Departemen menyatakan langkah tersebut tertuang dalam surat edaran Kementerian Pendidikan Malaysia per tanggal 15 Januari 2019 tentang kesehatan dan keselamatan siswa di wilayah kritis terdampak kabut. Sementara itu para orang tua khawatir kabut yang mengelilingi kota Sarawak akan berdampak pada pelaksanaan Ujian Penilaian Sekolah Rendah (UPSR).

Namun, surat edaran Departemen Pendidikan memastikan ujian sekolah tetap dilakukan sesuai jadwal. Hanya saja, dewan pengujian akan menunda ujian jika indeks API mencapai lebih dari 300.

Selama kondisi berkabut para siswa diminta menggunakan masker dan minum air putih lebih banyak. Hingga Senin sore waktu setempat, dua wilayah di Sarawak terpantau dengan indeks pencemaran udara di atas 200, yakni Sri Aman (248) dan Kuching (245). Lima kasus kebakaran lahan baru dilaporkan terjadi pada Minggu (8/9) kemarin, sehingga total kasus kebakaran mulai 1 September menjadi 124 kasus.

Asisten direktur Departemen Kebakaran dan Penyelamatan, Tiong Ling Hii mengatakan anggotanya masih melakukan upaya pemadaman di delapan lokasi. Ia menyebut ada beberapa titik kebakaran, termasuk di Jalan Camar dan Kampung Pinggan Jaya yang diduga menjadi penyebab kebakaran yang dilakukan oleh petani untuk membuka lahan.***

dilansir dari berbagai sumber