Tradisi Unik di Madura, Ganti Nama Setelah Pulang Haji
Cari Berita

Advertisement

Tradisi Unik di Madura, Ganti Nama Setelah Pulang Haji

Rabu, 28 Agustus 2019


MAKKAH, PARASRIAU.COM - Lazimnya di Indonesia, orang yang baru pulang dari Tanah Suci menunaikan ibadah haji umumnya punya sebutan baru. Bagi laki-laki biasanya dipanggil dengan panggilan 'Pak Haji', sedang perempuan dipanggil 'Bu Haji'. Panggilan itu tak ubahnya bentuk penghormatan orang yang sudah menunaikan ibadah haji.

Tapi di Pamekasan, Madura, lebih dari itu. Ada tradisi unik jemaah haji asal Pamekasan, mereka mengubah nama mereka setelah selesai menunaikan puncak haji. Perubahan nama itu merupakan pemberian kiai mereka, yang diberikan kepada jemaah lewat secarik kertas bertuliskan nama dalam bahasa Arab, sejak masih berada di Mekah.

Seperti Mistiya (58), jemaah haji asal Pamekasan ini mengaku sudah mengubah namanya menjadi Hj Siti Solihah. Sementara suaminya, Sapari (63) berubah nama menjadi H Syamsuddin.

"Saya mendapatkan nama baru ini dari KH Muhammad Hariri. Kita semua yang meminta diberi nama baru lalu ditulis dalam sebuah kertas putih," kata Mistiya saat ditemui Media Center Haji, beberapa waktu lalu di hotelnya di Mekah, Arab Saudi.

Menurut Mistiya, nama-nama baru itu memang sengaja diberikan langsung oleh kiai pembimbing ibadahnya. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, jemaah asal Madura ini berkumpul dengan pembimbing hajinya dan diberikan nama-nama barunya.  "Tidak dipungut biaya (saat meminta nama baru)," ujarnya.

Setelah mendapatkan nama baru, Mistiya dan suami lalu mengabarkan kepada anaknya di Pamekasan Madura. Selain anak, nama baru juga akan diumumkan kepada keluarga dan tetangga dekatnya.

"Foto dan nama barunya akan dicetak lalu dipigura dan ditempel di atas tembok buat hiasan dinding sekaligus mengumumkan kepada para tetangga nama baru kami setelah haji," ujar Mistiya.

Sapari menambahkan, nama baru ini biasanya akan ditanya tetangga setelah pulang haji. Bahkan nama baru ini akan menjadi panggilan sehari-hari menggantikan nama sebelumnya.

"Seperti saya ini mendapatkan nama baru Haji Syamsuddin, nanti di kampung orang-orang tidak lagi memanggil Sapari tapi Haji Syamsuddin. Dan nanti nama baru itu akan lebih terkenal dibandingkan nama lamanya," imbuh Sapari.

Namun demikian, perubahan nama setelah pergi haji ini tidak mengubah data-data pada dokumen kependudukan atau dokumen-dokumen penting lainnya seperti KTP, KK atau ijazah dan lain sebagainya. Semua dokumen masih menggunakan nama lamanya.  "Nama baru ini hanya nama dan gelar setelah haji tapi akan menjadi nama panggilan populer di masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, Konsultan Ibadah PPIH Mekah, KH Ahmad Wazir mengatakan tradisi mengganti nama setelah pulang haji ini sebenarnya hanya kebiasaan yang dilakukan haji zaman dahulu. Dimana para syekh yang menjadi pemandu jemaah haji waktu itu kerap menyematkan nama baru kepada jemaah. "Dari sisi agama, literatur, belum saya jumpai. Itu hanya aspek tradisi maksudnya ya untuk tabarruk, ngalap berkah," kata KH Ahmad Wazir.

Menurutnya, ada kebiasaan di tengah masyarakat jika nama aslinya jelek, maka sudah seharusnya diganti dengan yang lebih bagus. Dalam istilah Jawa ada ungkapan 'kabotan jeneng' (keberatan nama) sehingga seseorang sering sakit-sakitan.

"Sebagian Kyai ada yang menyarankan ganti nama. Kalau yang terakhir ini ada penjelasannya dalam sebagian kitab, ini banyak benarnya," ungkap pengasuh Pesantren Mambaul Ulum Denayar Jombang.***

dilansir: viva.co.id